Hamparan sawah (Foto: Humas Balitbangtan)
Bogor, Jurnas.com – Kerja sama Internasional Kementerian Pertanian (Kementan) dengan luar negeri tetap berlangsung di tengah pandemi virus corona (COVID-19) dengan mengoptimalkan teknologi internet.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan, Fadjry Djufry menyampaikan bahwa komitmen yang sudah disepakati tetap dilakukan sesuai jadwal.
“COVID-19 bukan halangan, komunikasi tetap dilaksanakan dengan media canggih,” kata Fadjry dalam keterangan tertulisnya yang diterima jurnas.com pada Selasa (24/3).
Fadjry mengatakan, momen tersebut harus menjadi kesempatan bagi peneliti-peneliti Balitbangtan untuk membuktikan kemampuannya di lembaga penelitian internasional. “Lembaga internasional cukup mengawasi pelaksanaan dari jauh,” katanya.
Sebut saja program penyusunan profil Climate Smart Agriculture di Indonesia yang bekerjasama dengan The International Center for Tropical Agriculture (CIAT), tetap pada jadwal yang ditetapkan.
Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Yiyi Sulaeman menjelaskan, kerja sama ini merupakan bagian upaya Indonesia menjelaskan kepada dunia praktek-praktek tradisional Indonesia.
“Pada program ini Indonesia menjelaskan traditional knowledge terkait praktek pertanian cerdas – iklim,” kata Yiyi.
Penyusunan profil CSA Indonesia dilakukan untuk memetakan kondisi pertanian di seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari mendefinisikan rantai nilai, sistem pertanian, dan wilayah geografis yang sangat sensitif dan terpapar faktor-faktor iklim.
Setelah itu, kemudian menilai intervensi program dan kapasitas kelembagaan dalam memberikan opsi/strategi adaptasi untuk membantu petani mengatasi risiko dalam berusaha tani dan kerentanan iklim (banjir, kekeringan, badai).
Hal ini dijelaskan dalam pertemuan melalui skype oleh peneliti CIAT Marie Antoine selain memaparkan metodologi dalam menyusun profil Climate – Smart Agriculture kepada 5 peneliti di Indonesia, Selasa kemarin di kantor dan kediaman masing-masing karena kebijakan bekerja di rumah.
Sementara itu, Kepala BBSDLP, Husnain mengutarakan dalam kesempatan lain bahwa Indonesia memiliki beberapa cara konvensional untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
“Praktek subak di Bali dan pertanian terasering upaya pengaturan kebutuhan air pada pertanian padi di Bali,” kata Husnain.
Penyusunan profil Climate Smart Agriculture Indonesia akan dilakukan hingga akhir Juni. Kerja sama hibah dari World Bank melalui CIAT ini merupakan buah dari MoU yang telah ditandatangani sejak 2017 dan implementasi hasil kunjungan Kepala Balitbangtan pada Agustus 2019 lalu ke Cali, Colombia.
TAGS : Fadjry Djufry Virus Corona Pandemi Global
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin