Suku bunga kredit mulai terkerek seiring dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate. Kondisi itu tentu berdampak pada sektor properti. Sebagai salah satu instrumen, investasi hunian pun masih layak diburu tahun depan.
—
CEO Galaxy Property, perusahaan jasa dan konsultasi, Kennard Nugraha menjelaskan bahwa pasar properti selama dua tahun terakhir dikuasai end buyer. Sebab, banyak faktor yang membuat kondisi tidak pasti sehingga investor masih wait and see.
’’Meski begitu, penjualan properti masih bertumbuh. Secara volume, kenaikan sales di perusahaan kami masih meningkat sekitar 20 persen tahun ini,’’ ucapnya kepada Jawa Pos.
Dengan dominasi end buyer, banyak pengembang atau agen real estate yang menahan harga. Tahun ini, lanjut Kennard, harga properti telah naik 5 persen. Dia pun memproyeksikan tahun depan banderol hunian terkerek 8 persen. Pertumbuhan harga tersebut cukup tinggi mengingat pendorong pasar merupakan end buyer.
’’Kalau ada kenaikan sampai double digit, biasanya investor banyak bergerak. Bahkan, harganya sempat meningkat dua kali lipat pada 2014,’’ jelasnya.
Anggota Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jatim Rudy Sutanto menambahkan, secara umum kondisi market pada 2022 lebih baik untuk segmen secondary dan primary. Sebab, masyarakat yang dulu menyimpan uang mulai belanja.
Memang, faktor suku bunga KPR yang naik bakal berpengaruh pada 2023. Dampak tersebut akan terlihat pada kuartal I. Dengan begitu, transaksi properti bakal sedikit tertahan. ’’Pengembang juga pasti menahan harga. Salah satunya dengan menyesuaikan luas bangunan agar bisa tetap di kisaran harga Rp 750 juta–Rp 2 miliar,’’ tuturnya.
Meski demikian, Rudy menyebutkan bahwa kondisi itu tidak berarti investor tak bisa bergerak. Sebagian hunian secondary justru diprediksi terkoreksi. Sebab, dampak ekonomi global bakal memengaruhi beberapa industri. Meski tak merata, hal tersebut membuat beberapa eksportir harus menjual aset.
Ditambah lagi, pengembang harus menerima dampak pemesanan yang dibatalkan atau peserta KPR yang tidak sanggup melanjutkan pembiayaan. ’’Kalau beruntung, investor bisa mendapatkan properti dengan harga 2–3 tahun lalu,’’ paparnya.
Keuntungan investasi tersebut, lanjut Rudy, bakal ditambahkan dengan inflasi yang diperkirakan meninggi tahun depan. Meski return profit tak setinggi pasar saham atau keuangan, investasi properti masih menjadi salah satu instrumen pilihan yang bisa mendulang cuan.
’’Yang jelas, kalau ingin ambil alih produk KPR, hitung dulu penalti dan biaya pelunasan lain supaya dapat capital gain yang baik,’’ paparnya.
Dia pun menyarankan investor agar berkonsultasi ke agen real estate sebelum melakukan pembelian. Sebab, banyak faktor yang harus diperhatikan sebelum dibeli. ’’Broker pun jangan pilih sembarangan. Pilih yang memang punya sertifikasi legal,’’ katanya.
Sebelumnya, perencana keuangan Ian Renassa menyatakan bahwa masyarakat tidak boleh gegabah soal properti. Masyarakat harus memperhatikan banyak hal dalam memilih hunian. Pertama, potensi lokasi. Investor harus bisa memperkirakan bagaimana perkembangan fasilitas dan ekonomi di wilayah investasi itu. Kedua, bangunan yang harus dibeli punya kualitas bagus.
’’Yang sering saya lihat, orang yang sudah habis ratusan juta untuk membeli rumah tetap harus merogoh kocek karena perbaikan rumah,’’ tuturnya.
Dia menyarankan investor memasukkan dana maksimal 50 persen dalam investasi tersebut. Sisanya bisa dijadikan deposito atau investasi yang lebih likuid. Dengan demikian, jika ada kebutuhan mendadak, dana simpanan masih cukup untuk menanggulangi masalah serta merawat aset properti.
INDEKS HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (IHPR)
Kuartal I 2021 : 1,35%
Kuartal III 2021 : 1,41%
Kuartal IV 2021 : 1,47%
Kuartal I 2022 : 1,77%
Kuartal II 2022 : 1,72%
Kuartal III 2022 : 1,94%
Sumber: Bank Indonesia
Credit: Source link