JawaPos.com – Pencinta fashion pasti mengenal metode Tie-Dye. Kini teknik fashion itu kembali populer saat ini. Tie-dye merupakan lambang counterculture fashion era 1960-an dan 1970-an. Permintaan akan pewarna melonjak di era pandemi saat semua orang terpaksa lebih sering berada di rumah untuk bereksperimen. Beberapa mencoba membuat versi mereka sendiri dari pakaian olahraga tie-dye mahal yang dibuat oleh desainer sebagai seragam kerja dari rumah.
Dalam laman The Wall Street Journal, pencarian online untuk metode tie-dye telah meroket lebih dari 3.400 persen di AS sejak Maret, menurut Google. Item yang paling banyak ditelusuri untuk pewarna dasi adalah kemeja, celana olahraga, kaus, pakaian olahraga, dan hoodies.
Maraknya tren tie-dye pun didukung dengan penjelasan ilmiah dari psikolog perilaku sekaligus penulis buku The Psychology of Fashion, dr. Carolyn Mair. Mengutip dari The Oprah Magazine, selain bernostalgia itu baik untuk kesehatan mental, mengenakan tie-dye cocok dengan anggapan bahwa kita ingin berbaur namun menonjol secara bersamaan. “Ini adalah aspek mendasar manusia,” ujarnya.
Minat tinggi masyarakat Indonesia terhadap tie-dye juga ditunjukkan dari hasil pencarian di Google yang meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir berdasarkan data Google Trends, terutama di wilayah Bali, Jogjakarta, Jawa Tengah, Lampung, dan Banten. Memanfaatkan tren ini, menjual busana serta aksesoris bermotif tie-dye menjadi salah satu bisnis rumahan dengan prospek menggiurkan.
Proses pembuatannya terbilang mudah dan bisa turut membantu melestarikan lingkungan, karena dapat memanfaatkan pakaian atau sarung bantal yang sudah tidak terpakai lagi dan di-upcycle menjadi seperti baru dengan corak tie-dye yang sedang hype. Salah satunya dilakukan oleh Diah Kusumawardani, pemilik label KUSUMA. Dia mendapat penghasilan lebih setelah pandemi terjadi. Berawal dari hobi, kini dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 3-5 juta per bulan. Secara daring baru-baru ini, Diah Kusumawardani bersama Ninja Xpress membagikan cara membuat motif tie-dye bentuk spiral di rumah.
1. Bahan dan Alat Sederhana
Bahan dan peralatan yang diperlukan tidak mahal. Bahkan sebagian adalah benda yang umum dimiliki di setiap rumah, yaitu gunting, karet gelang, sarung tangan karet, wadah, tray, manik-manik atau kelereng, water glass, pewarna atau pemutih, dan tentunya media yang akan diwarnai seperti kaus, piyama, atau topi.
2. Teknik Pewarnaan
Teknik tie-dye menggunakan metode pewarnaan dingin. Pigmen warna yang dijual di pasaran pun ada yang aman untuk anak-anak, sehingga si kecil juga bisa ikut belajar dan berkreasi bersama.
Apabila menggunakan media berwarna putih, maka akan dilakukan pewarnaan. Sedangkan jika memakai media yang sudah berwarna, warna tersebut akan dihilangkan menggunakan pemutih untuk memunculkan motif.
3. Proses Akhir
Setelah menentukan media yang hendak diproses, cari titik tengah dan jiwit sambil diputar sampai membentuk spiral. Gunakan karet gelang untuk menahan agar bentuk spiral tidak terbuka kembali. Rendam di dalam water glass agar warna dapat terkunci nantinya. Setelah diperas, letakkan media yang hendak diwarnai di atas tray dan warnai dengan merata. Diamkan selama 3-8 jam agar warna teresap sempurna.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Edy Pramana
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link