Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (bertopi) saat berkunjung ke Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta, Jurnas.com – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau operasional Runway Ketiga dan East Connection Taxiway di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 25 Januari 2020.
Menhub tiba sekitar pukul 15.00 WIB dan memantau dua fasilitas baru di sisi udara (air side) tersebut dari menara Air Traffic Controller (ATC) Soekarno-Hatta.
Kemudian Menhub menuju gedung Airport Operation Control Center (AOCC) untuk memantau keseluruhan pergerakan pesawat di Runway Pertama, Runway Kedua, Runway Ketiga, East Connection Taxiway (ECT) dan West Connection Taxiway (WCT).
Setelah memantau langsung dua fasilitas tersebut, serta melihat data-data faktual, Menhub mengatakan Runway Ketiga dan ECT sangat optimal dalam mendukung efisiensi dan kelancaran lalu lintas penerbangan di Soekarno-Hatta.
Terkait efisiensi, Menhub menuturkan terjadi penghematan waktu hingga 30% ketika pesawat berjalan dari contact stand di terminal penumpang hingga take off.
“Ada 30% [efisiensi waktu] ketika pesawat taxi dari contact stand sampai take off. Biasanya butuh waktu 25-30 menit, sekarang 8 menit. Bahkan saya cek di lapangan tadi tidak ada pesawat yang holding [menunggu antrian],” ujar Menhub.
Lebih lanjut, Menhub menjelaskan aspek keselamatan penerbangan jelas meningkat dengan adanya Runway Ketiga seiring dengan adanya ruang untuk menetapkan take off hanya di satu runway dan landing juga ada di satu runway.
“Satu runway untuk take off dan satu runway untuk landing, jelas itu membuat aspek keselamatan penerbangan di Soekarno-Hatta meningkat,” ungkap Menhub.
PT Angkasa Pura II selaku pengelola Soekarno-Hatta dan AirNav Indonesia sebagai penyedia jasa pemandu navigasi penerbangan juga sepakat bahwa keberadaan Runway Ketiga dan ECT sangat optimal mendukung operasional penerbangan.
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan keberadaan Runway Ketiga dan ECT mendorong tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) maskapai.
“Runway Ketiga dan ECT dioperasikan penuh pada 20 Desember 2019 atau hari pertama Periode Angkutan Natal dan Tahun Baru 2019-2020. Sepanjang periode tersebut, OTP maskapai mencapai 83% di mana angka ini jauh meningkat signifikan dibandingkan dengan Nataru 2018-2019 yang hanya 79% ketika belum ada Runway Ketiga dan ECT,” jelas Muhammad Awaluddin.
Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto menuturkan hal yang sama terkait dengan kelancaran lalu lintas penerbangan di mana antrian pesawat berkurang secara signifikan menjadi hanya 3 pesawat saja dibandingkan dulu bisa mencapai hingga 10 pesawat.
“Selama hampir 2 bulan Runway Ketiga dan ECT beroperasi, maksimal antrian hanya 3 pesawat. Dulu bisa sampai 7 bahkan sampai 10 pesawat. Prinsip pengoperasian Runway Ketiga ini adalah mengutamakan kesealamatan dan peningkatan kapasitas secara gradual,” ujar Novie Riyanto.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti juga pernah menyampaikan bahwa Runway Ketiga dioperasikan sesuai standar keselamatan dan keamanan penerbangan.
“Sejak awal, Runway 3 dibangun dengan konsep dependen runway, dengan memenuhi aspek keselamatan yang diperlukan sesuai dengan ICAO compliances, dengan strategi penanganan sistem lalu lintas udara secara segregated,” ujar Dirjen Perhubungan Udara.
Dengan dipenuhinya aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, serta mendorong efisiensi dan kelancaran lalu lintas penerbangan, maka Runway Ketiga dan ECT dapat mendukung Soekarno-Hatta untuk nantinya melayani pergerakan penumpang hingga lebih dari 100 juta penumpang per tahun.
TAGS : Runway 3 take off Menhub Bandara Soekarno-Hatta Angkasa Pura II
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/66392/Menhub-Bilang-Runway-3-Bikin-Efisien-Proses-Take-Off-Pesawat/