JawaPos.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi masyarakat yang sudah bersedia untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19. Meski begitu ia mengakui, program vaksinasi cenderung berjalan lambat sebab memang terbatasnya kesediaan vaksin. Khusus untuk vaksin Sinovac, Menkes Budi menyebutkan jumlah stoknya hingga April hanya tersedia 7 juta dosis.
Ia menyebutkan pada bulan April, Sinovac hanya tersedia 7 juta dosis. Lalu baru mulai tersedia lagi tanggal 15 April karena adanya kendala mesin di PT Biofarma.
“Saya deg-degan karena sedang di-cleansing mesinnya itu di Biofarma untuk bisa di-upgrade mulai bulan Mei bisa lebih besar. Jadi saya hanya punya 7 juta stok dari Sinovac, tadinya saya pikir bisa dapat 7,5 juta dari Astrazeneca jadi 15 juta,” kata Menkes Budi dalam webinar, Minggu (28/3).
“Kalau Amerika kan produksi vaksin sendiri, maka tak ada masalah dengan produksi, tapi untuk negara negara yang tidak memproduksi vaksin hanya 5 yang produksi vaksin, kita 4 besar dunia sekarang sudah susul Israel dan sudah susul Prancis,” katanya.
Menkes Budi juga menjelaskan, bulan April dengan hanya 7 juta dosis itu artinya cukup 14 hari. Ia kini sedang mengatur bagaimana sisa yang ada untuk bisa diatur sefektif dan seefisien mungkin.
“Nanti saya akan akan terbuka ngomong minggu depan bahwa ada fenomena seperti ini vaksin ini sudah menjadi isu geopolitical isu negara-negara di dunia sudah berantem rebutan kita beruntung punya 4 sumbernya,” katanya.
“Satu kena (masalah) masih ada 3 (sumber vaksin) walaupun agak pincang-pincang. Saya kebayang kalau negara Eropa itu hampir semuanya Astrazeneca, mereka bener-bener masalah,” jelasnya.
Ia menegaskan pandemi tidak bisa diselesaikan kalau semua unsur tidak membangun gerakan bersama, baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, antara organisasi politik, organisasi sosial, antara gerakan komponen bangsa yang lintas agama, lintas suku, lintas partai, dan lintas usia. Ia melanjutkan, pandemi tidak mungkin diselesaikan kalau tanpa membangun gerakan dimana kita harus merajut kebhinekaan.
Lebih lanjut, Menkes Budi menyampaikan kabar buruk bahwa India kembali mengalami kenaikan kasus Covid-19 lagi. Maka akibatnya, distribusi vaksin terhambat akibat adanya embargo dari India. India merupakan tempat produksi vaksin AstraZeneca yang dikirim ke WHO atau Gavi.
“Akibatnya panik itu WHO sama Gavi karena memang India adalah pabrik vaksin terbesar dunia di luar Tiongkok. Novavax, AstraZeneca itu dibikin cukup besar di India, saya dengar Pfizer juga ada. Akibatnya kurang supply-nya jadi realokasi lagi,” tegasnya.
Alhasil Indonesia masih terkendala mendapatkan stok sisa 10,7 juta dosis vaksin AstraZeneca. Baru 1,1 juta dosis yang tiba di tanah air.
“Jadi kita harusnya dapat jatah ini sekitar 11,7 juta di Maret-April, dapatnya baru 1,1 juta yang 10,6 jutanya nyangkut. bulan Maret kebetulan Sinovac masih cukup banyak. Namun bulan April Sinovac cuma 7 juta. Saya lagi deg-degan makanya,” kata dia.
Editor : Dimas Ryandi
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link