JawaPos.com – Milenial dan Gen-Z seringkali mengeluh gaji mereka tak cukup atau kurang. Padahal kuncinya adalah pandai mengatur dan mengelola keuangan. Seberapa besar pun gaji kita jika tak pandai membelanjakan uang dengan bijak, tetap saja akan kurang. Belum lagi ditambah cicilan yang membuat pusing.
Maka anak muda perlu untuk lebih dulu meningkatkan literasi keuangan mereka sehingga bijak memilih jenis pinjaman untuk menjaga kesehatan finansial mereka. Catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan melalui media massa bahwa tingkat literasi keuangan mencapai 49,9 persen serta inklusi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 84,2 persen pada 2022. Persentase itu mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2019 namun selisih antara literasi dan inklusi tersebut masih relatif tinggi yaitu sekitar 34,3 persen.
CEO Finansialku.com Melvin Mumpuni dalam kampanye #BisaJadiJADIBISA, mendorong inklusi dan literasi keuangan dipahami masyarakat Indonesia. Ternyata ada dua jenis yakni pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif.
“Misalnya tidak masalah kita membeli gadget asalkan tujuannya memang digunakan untuk membantu meningkatkan pendapatan kita. Nah bayar cicilannya itu bisa ditutup dari penghasilan memakai barang tersebut,” jelas Melvin kepada wartawan baru-baru ini.
Lalu bagaimana agar tidak pusing saat membayar cicilan?
Soal menyiasati keuangan di tengah pinjaman produktif alias bayar cicilan, Melvin menilai saat ini generasi muda sedang menikmati dunia digital marketing. Jadi selain menjadi seorang influencer produk, anak muda juga bisa berjualan secara online, bermodal gadget dan perangkat pendukung yang tentunya wajib dimiliki untuk bisa cuan.
Menurut Melvin, siapa pun bisa menjadi cerdas dalam merencanakan keuangan asalkan rajin mencari sumber wawasan baru, di mana saat ini ada banyak platform yang bisa memberikan panduan dalam mempraktikkan teknik-teknik money management. Tidak hanya cerdas menjalankan pinjamam produktif, Melvin juga mengajarkan anak muda untuk tidak takut dengan isu resesi yang membuat sejumlah orang takut melakukan pinjaman karena khawatir tak bisa melunasi cicilan.
Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia Sheldon Chuan selaku mengatakan bertepatan dengan momentum Bulan Inklusi Keuangan, mengatakan anak muda harus memahami pembiayaan yang bertanggung jawab. Aspek sosial yang mencakup inklusi serta literasi keuangan tidak lepas dari adanya produk keuangan yang transparan.
“Harus mudah diakses di mana saja dengan proses yang cepat, diiringi pemahaman pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan secara terencana,” kata Sheldon Chuan
Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ajisatria Suleiman mengatakan layanan keuangan perlu dirancang secara khusus oleh perusahaan keuangan agar pelanggan dapat meningkatkan literasi keuangan pribadinya di samping mendapatkan manfaat dari layanan yang digunakannya. Produk dan layanan keuangan yang tepat guna idealnya mampu memberikan wawasan lebih, keterampilan, dan keyakinan bagi pelanggan saat menggunakannya.
“Maka semua pihak perlu memastikan efektivitas dari program literasi keuangan yang selama ini sudah dijalankan mengingat tingkat literasi keuangan masih relatif rendah dibandingkan dengan inklusi keuangan,” tutupnya.
Editor : Edy Pramana
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link