JawaPos.com – Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Pepatah usang ini terbukti masih berlaku hingga kini. Pun, bagi segelintir usahawan kecil sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Berkat kekompakan mereka sesama pembudidaya ikan, masa paceklik dampak pandemi global, teratasi.
Di usia yang sudah menginjak 41 tahun, boleh dikata Suwar memang bukan pemula dalam hal membudidayakan ikan tawar. Ia telah berkecimpung dari kolam ke kolam sejak 1997, sebelum diinya menikah dan krisis moneter melanda. Pasang surut iklim usaha benar-benar menempanya. Sekalipun hanya lulusan sekolah dasar, ketekunannya dalam berusaha menjadi modal dasar yang tak ternilai.
Terbukti, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Rizki Sumber Ulam, yang dirikannya bersama beberapa kawan di tahun 2008, semula hanya memiliki tujuh mitra. Kini, tak kurang dari 80 mitra yang berperan memasok ikan guna memenuhi permintaan masyarakat. Sekitar 50 mitra ikan nila dan 30-an mitra ikan lele maju bersama mengail rezeki.
Padahal, anggota kelompok di pokdakan hanya sekirar 20 orang. Antara lain yang tetap, tujuh orang pengurus kolam di tujuh lokasi. Selebihnya adalah pekerja harian untuk packing ikan nila dan lele, yang dibayar berdasarkan jumlah timbangan kemasan ikan.
Suwar sendiri bertugas sebagai bendahara di Pokdakan Rizki Sumber Ulam. Praktis, pria asli Musi Rawas ini memahami betul perhitungan dalam mengelola kolam budidaya ikan. Mulai dari pembesaran hingga pemasaran. Kecermatannya dalam berhitung pulalah yang membawa pokdakan lantas menjalankan sistem usaha kemitraan dengan masyarakat sekitar untuk bersama memberdayakan masyarakat sekitar.
Semua tak berjalan mulus memang. Setiap tahun ada saja naik turunnya usaha. Terutama di dua tahun terakhir ini, kala Pandemi Covid-19 melanda tak pandang kolam. Bukan hanya kolam milik pokdakan, para mitra juga terimbas. Penjualan ikan yang semula stabil, sempat beriak tak tentu arus.
Mitra pokdakan banyak mengeluh, akibat berkurangnya konsumsi ikan di masyarakat. “Kondisi awal 2020, tepatnya Maret, kami sangat merasakan kerugian,” kisah Suwar.
Kondisi tak menentu berlanjut. “Juni hingga Agustus 2021, permintaan pasar berkurang jauh, bahkan menyentuh setangah dari permintaan biasa. Biasanya perhari kita kirim 1,5 ton, tapi pada periode itu pengiriman ikan hanya 800-850 kg per bulan,” ujarnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Credit: Source link