Pagoda di Yangon, Myanmar
Yangon – Meski sedang dirundung polemik “pembersihan etnis” –merujuk istilah yang dipakai PBB-, pemerintah Myanmar tetap melakukan promosi pariwisata ke seluruh dunia. Lembaga khusus pariwisata Myanmar mengklaim bahwa negara tersebut tetap ramah turis, dan tidak terpengaruh dengan konflik yang sedang terjadi.
“Kami meminta wisatawan seluruh dunia supaya terus mengunjungi Myanmar. Terutama saat ini sangat penting, karena bisa memberikan dukungan atas apa yang terjadi dengan negara ini,” demikian bunyi pernyataan tersebut dilansir dari Asian Correspondent, Kamis (14/9).
Untuk sementara ini, pemerintah mengatakan daerah terdampak konflik adalah Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung. Sedangkan Yangon, Mandalay, dan Bagan adalah sejumlah destinasi wisata yang bisa dikunjungi oleh para turis.
Menurut survey lembaga pariwisata TTG Asia, semenjak Myanmar menjadi sorotan dunia akibat pengusiran etnis Muslim Rohingya, jumlah wisatawan yang datang semakin menurun. Bahkan banyak pemesanan tiket dari luar negeri tiba-tiba dibatalkan.
“Myanmar tetap menjadi salah satu negara yang paling ramah dan bersahabat di dunia. Sangat aman dikunjungi selama Anda tinggal di wilayah hijau. Area hijau di peta yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris aman dikunjungi, bahkan bisa membuat Anda sibuk hingga enam minggu,” tambahnya.
Dalam kesempatan berbeda, direktur manajer Anoma Travel Incentive Khin Zin Mar Win melaporkan kepada Travel Wire Asia ITE HCMC bahwa pariwisata Myanmar pada dasarnya tetap normal. Dia mengatakan, “ini adalah isu politik untuk perdagangan perbatasan di Myanmar. Pariwisata adalah isu yang berbeda.”
TAGS : Myanmar Rohingya Pariwisata
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/21777/Myanmar-Klaim-Tetap-Ramah-Turis-Meski-Didera-Konflik/