JawaPos.com – Sebagai garda terdepan, para dokter dan tenaga kesehatan lainnya sudah berjuang selama pandemi Covid-19. Bahkan banyak yang kehilangan nyawa. Namun, masih saja ada segelintir orang yang menyepelekan Covid-19.
Tim Advokasi dan Hubungan Eksternal dari Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Eka Mulyana, SpOT(K), MKes, SH, MHKes, mengatakan, lebih dari satu semester masa pandemi ini, angka kematian tenaga medis dan kesehatan semakin bertambah. Bahkan mengkhawatirkan.
Namun sayangnya, sebagian masyarakat masih saja tidak patuh pada protokol kesehatan untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun. Sebagian masyarakat juga berpikir para tenaga medis atau rumah sakit melakukan konspirasi sehingga tak percaya adanya Covid-19.
Padahal, tidak ada negara, rumah sakit atau klinik yang dapat menjaga keamanan pasiennya kecuali jika petugas kesehatannya tetap aman dan terlindungi dari resiko terpapar Covid-19. Terlebih, hilangnya pekerja medis dan kesehatan ahli tidak dapat tergantikan dalam waktu singkat.
Tapi, itu bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi para tenaga medis. Sebab, para tenaga medis juga mengalami pelecehan verbal.
“Ada peningkatan yang membuat prihatin adanya laporan pelecehan verbal, diskriminasi, dan kekerasan fisik pada petugas medis dan kesehatan selama masa pandemi ini,” jelasnya.
Untuk itu, tak hanya dari sisi APD saja, tapi perlindungan dan keamanan para tenaga medis dan kesehatan adalah mutlak diperlukan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Diperlukan adanya kerja sama pusat dan daerah.
Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) Harif Fadhillah S.Kp.,SH.,M.Kep, MH. Menurut Harif, pandemi ini telah menempatkan tingkat stres psikologis yang luar biasa pada petugas kesehatan yang terpapar dengan pengaturan permintaan tinggi selama berjam-jam. Lalu perawat juga hidup dalam ketakutan terus-menerus terhadap paparan penyakit, saat terpisah dari keluarga dan menghadapi stigmatisasi sosial.
“Hal ini menjadi sorotan bagaimana bangsa kita telah melindungi atau tidak melindungi profesi perawat kita,” jelas Harif.
Sejauh ini, dari Maret hingga Oktober ini, terdapat total 253 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19. Mereka terdiri dari 141 dokter, 9 dokter gigi, dan 103 perawat. Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 75 dokter umum (5 guru besar), dan 64 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen yang berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 66 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Berdasarkan data propinsi, Jawa Timur 35 dokter, Sumatra Utara 23 dokter, DKI Jakarta 20 dokter, Jawa Barat 11 dokter, Jawa Tengah 10 dokter, Sulawesi Selatan 6 dokter, Bali 5 dokter, Sumatra Selatan 4 dokter, Kalimantan Selatan 4 dokter, DI Aceh 4 dokter, Riau 4 dokter, Kalimantan Timur 3 dokter, Banten 3 dokter, Kepulauan Riau 2 dokter, DI Yogyakarta 2 dokter, Nusa Tenggara Barat 2 dokter, Sulawesi Utara 2 dokter, dan Papua Barat 1 dokter.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link