JawaPos.com – Tim gabungan dari Bareskrim Polri dan Polda Jawa Timur berencana melakukan ekshumasi serta rekonstruksi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Itu sejalan dengan salah satu poin rekomendasi dari tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) untuk Polri, yakni melanjutkan proses hukum sampai tuntas.
Ekshumasi atau pembongkaran kubur dilakukan terhadap dua jenazah korban tragedi Kanjuruhan. Polri merencanakan penggalian makam pada Rabu (19/10).
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan belum bisa mengungkap identitas korban yang jenazahnya bakal diekshumasi. Dia berjanji menyampaikannya menjelang hari pelaksanaan. ”Tentunya dalam ekshumasi Polri tidak bekerja sendiri. Polri bekerja sama dengan kedokteran forensik Indonesia,” katanya kemarin (15/10).
Keterlibatan dokter forensik dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) itu, lanjut Dedi, merupakan bentuk transparansi Polri dalam mengusut tragedi di Kanjuruhan.
Sehari setelah ekshumasi, pada Kamis (20/10) Polri berencana melaksanakan rekonstruksi untuk melengkapi berkas perkara dan menguatkan pembuktian.
Dedi menjelaskan, melalui rekonstruksi tersebut, penyidik akan melihat beberapa hal. ”Berapa tembakan yang dilakukan. Kemudian arah tembakan, perintah tembakan, dan jenis peluru yang digunakan,” ungkapnya.
Selain itu, pekan depan dilanjutkan pemeriksaan saksi dan tersangka. ”Pemeriksaan tambahan terhadap 16 orang saksi,” imbuhnya. Informasi lebih terperinci terkait pemeriksaan tersebut bakal disampaikan besok (17/10).
Di sisi lain, Polri juga memperbaiki regulasi pengamanan pertandingan sepak bola. Ke depan, steward akan berada di garda depan. Polri tidak akan lagi menggunakan beberapa peralatan dalam tugas pengamanan pertandingan. ”Penggunaan gas air mata, kemudian peralatan-peralatan pengendalian massa dan peralatan yang dapat memprovokasi massa di stadion itu tentunya tidak digunakan kembali,” terangnya.
Polri juga akan menyesuaikan aturan yang ada dengan ketentuan FIFA. Saat ini Kapolri tengah membuat regulasi yang bisa memberikan jaminan keselamatan dan keamanan di setiap pertandingan sepak bola.
Sementara itu, hingga kemarin, PSSI dan PT LIB belum merespons rekomendasi TGIPF. Sebagaimana diketahui, di antara rekomendasi tersebut adalah meminta pengurus PSSI untuk mundur serta digelar kongres luar biasa (KLB). ”Saya no comment dulu. Saya masih shock, jadi belum mau berkomentar. Biar reda dulu,” ujar salah seorang anggota Komite Eksekutif PSSI Hasani Abdulgani kepada Jawa Pos tadi malam.
Terlepas dari rekomendasi TGIPF, Hasani memastikan bahwa saat ini PSSI terus bekerja untuk perbaikan sepak bola Indonesia. ”Kami di internal tetap memikirkan itu (perbaikan, Red),” imbuhnya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : syn/fiq/c9/fal
Credit: Source link