JawaPos.com – Ekonom Senior Faisal Basri mengkritisi rencana pemerintah yang akan mengimpor beras sebanyak satu juta ton tahun ini untuk meningkatkan cadangan beras pemerintah (CBP) dan separuh lagi untuk memenuhi kebutuhan Bulog.
Rencana impor beras itu dipaparkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian minggu lalu. Bahkan Menteri Perdagangan mengakui telah memiliki jadwal untuk mewujudkan rencana impor itu.
Faisal mengingatkan pemerintah tidak mengulangi kesalahan pada 2018 lalu. Dengan tingkat produksi yang bisa dikatakan tidak buruk, lonjakan impor sepanjang tahun 2018 mengakibatkan stok yang dikuasai oleh pemerintah untuk PSO/CBP naik hampir 4 juta ton sedangkan penyalurannya anjlok dari 2,7 juta ton menjadi 1,9 juta ton.
Akibatnya, lanjutnya, stok beras melonjak lebih dua kali lipat dari 0,9 juta ton pada akhir 2017 menjadi 2 juta ton pada akhir 2018. Kondisi ini membuat Bulog kewalahan mengelola stok sebanyak itu. Kualitas beras yang dikelolanya merosot, bahkan ada yang menjadi tidak layak konsumsi.
“Ongkos uang mati pun tentu saja meningkat. Yang lebih mendasar lagi, kemampuan Bulog menyerap beras dari petani menjadi terbatas,” ujarnya seperti dikutip di halaman websitenya, Senin (15/3).
Meskipun kala itu memang butuh impor untuk stabilisasi harga menjelang pemilu, namun kata dia, jumlahnya melebihi kebutuhan. “Tak ayal, harga gabah kering di tingkat petani sempat merosot ke titik terendah dalam 9 bulan terakhir,” imbuhnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link