Ilustrasi obat.
Teheran, Jurnas.com – Duta Besar Iran dan perwakilan tetap untuk kantor Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Esmaeil Baghaei Hamaneh, mengecam Amerika Serikat (AS) karena menjatuhkan sanksi kejam terhadap Iran.
Ia memperingatkan, akan ada konsekuensi negatif dari tindakan sanksi terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan.
Di depan panel tentang tindakan pemaksaan unilateral selama sesi ke 42 Dewan HAM PBB di Wina, Hamaneh mengatakan dunia menganggap sanksi sepihak sebagai pelanggaran hukum internasional.
Ia mengatakan kelanjutan dari pendekatan ilegal negara-negara tertentu merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, dan tantangan di depan sistem keamanan kolektif dunia berdasarkan pada piagam PBB.
Karena itu, ia meminta negara-negara lain mengambil langkah-langkah untuk menetralisir dampak sanksi, dan menekankan perlunya konsensus global tentang oposisi terhadap penerapan larangan ilegal di luar teritorial.
Menyoroti dampak destruktif dari sanksi terhadap hak asasi manusia yang paling mendasar, Baghaei menyebut mereka sebagai penguasa sanksi yang harus dikutuk karena melanggar hak asasi manusia dan pembunuh pasien serta anak-anak yang tidak bersalah.
Pasien yang menderita kanker di Iran kesulitan mendapatkan obat-obatan yang diperlukan untuk terapi karena sanksi AS yang dijatuhkan pada negara tersebut.
Seorang profesor farmakologi Iran baru-baru ini menulis dalam sebuah artikel kepada Menteri Kebijakan Luar Negeri bahwa ada seorang pasien kanker di Ira kehilangan nyawanya akibat dari larangan AS.
Profesor toksikologi dan farmakologi di Universitas Teheran Ilmu Kedokteran, Abbas Kebriaee Zadeh, menulis, sanksi AS terhadap Iran secara tidak langsung menghambat aliran obat-obatan vital untuk pasien kanker di Republik Islam.
Surat itu menyebutkan, sementara Washington mengklaim sanksi kerasnya terhadap Iran tidak akan menargetkan aliran obat-obatan dan kebutuhan kemanusiaan lainnya ke Iran, sanksi perbankan sebenarnya meningkatkan harga impor, memblokir rantai pasokan, dan menciptakan kekurangan obat mematikan di negara itu.
Perwakilan khusus AS untuk urusan Iran Brian Hook baru ini mengklaim, hanya mitos sanksi sepihak AS terhadap Iran termasuk pasokan medis; Namun, obat-obatan tertentu terutama yang dibuat di AS sulit diperoleh di Iran dilaporkan karena sanksi perbankan yang menghambat transaksi uang yang menyebabkan beberapa perusahaan Barat menolak untuk menjual obat-obatan dan peralatan medis yang diperlukan ke Iran.
Ketegangan antara Teheran dan Washington memanasa sejak Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan memulihkan kembali sanksi terberat yang pernah ada terhadap Republik Islam.
Pihak-pihak Eropa dalam perjanjian nuklir sejak itu telah berusaha meyakinkan Iran untuk tetap berada dalam pakta dengan berjanji untuk melindungi kepentingan ekonominya dari sanksi AS. Namun, mereka sebagian besar gagal memenuhi janji mereka.
TAGS : Amerika Serikat Sanksi AS Donald Trump Obat-obatan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/59250/Penderita-Kanker-di-Iran-Kesulitan-Obat-Gegara-Sanksi-AS/