Penjualan Daging Sapi di Badung Terimbas PMK, Harga dan Permintaan Turun

Pengendara melintas didepan spanduk penutupan pasar sapi di Pasar Hewan Beringkit, Badung, Rabu (6/7). Penutupan ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan penyakit mulut dan kuku (PMK). (BP/eka)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi mulai dirasakan oleh para pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Badung. Selain harga jual daging sapi yang turun, para pedagang juga memilih tutup sementara kiosnya hingga situasi membaik akibat permintaan lesu, meski menjelang Perayaan Idul Adha.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Badung, I Made Widiana, saat dikonfirmasi Kamis (7/7) tak menampik perihal tersebut. Terdapat penurunnya daya beli konsumen untuk membeli daging sapi di tengah merebaknya PMK, sehingga harga daging sapi pun ikut turun.

“Hasil pemantauan pasar oleh tim sepertinya begitu (penurunan harga -red) karena peminat daging sapi menurun,” ungkapnya.

Menurutnya, saat ini harga daging sapi mengalami penurunan hingga Rp 2 ribu per kilogram. Harga daging sapi kualitas sedang sebelumnya berada di kisaran harga Rp120 ribu turun menjadi Rp118 ribu per kilogram.

“Di Badung daging sapi hanya tersedia di dua pasar, yakni Pasar Kuta II dan Blahkiuh saja dan yang 4 pasar (Mengwi, Jimbaran, Dalung, dan Petang) lagi kosong. Bahkan, yang di Pasar Kuta II waktu pemantauan Senin hanya ada 1 pedagang, pemantauan ke Pasar Dalung kosong,” terangnya.

Pihaknya mensinyalir banyak dagang yang menutup kiosnya sementara karena permintaan daging sapi yang menurun akibat adanya PMK. “Iya seperti itu kondisinya, kiranya peminat daging sapi menurun,” ucapnya.

PMK juga mempengaruhi transaksi di Pasar Unggas dan Pasar Umum Beringkit. Pasar yang biasanya dipenuhi oleh pembeli, karena hari Rabu merupakan operasional pasar beringkit yang dikenal istilah Pasaran kini tampak sepi. Hanya sejumlah petugas dan pengunjung yang terlihat berjaga di pintu masuk pasar yang terletak di Mengwitani, Mengwi.

Direktur Utama Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) Badung, I Made Sukantra saat dikonfirmasi Rabu kemarin tak menampik perihal tersebut. “Dampak pasti ada. Sehari setelah penutupan pasar sapi pasar unggas dan pasar umum juga sepi pengunjung,” ungkapnya.

Menurutnya, sebelum pandemi COVID-19, Pasar Sapi dibuka seminggu empat kali, yakni hari Selasa dan Rabu, Sabtu dan Minggu. Penjualan mencapai mencapai 1.000-1.500 ekor sapi.

Namun semenjak pandemi COVID-19 terjadi penurunan dan ditambah lagi adanya PMK rata-rata sekali pasaran penjualan mencapai 600-700 ekor.
“Penurunan transaksi terjadi mulai dari saat pandemi Covid-19, ditambah lagi adanya PMK. Namun, untuk mencegah itu penyemprotan bio security rutin dilakukan,” katanya. (Parwata/balipost)

Credit: Source link