INDOPOS.CO.ID – Tenaga Ahli Utama, Kantor Staf Presiden (KSP) Edi Priyono menuturkan, pesan hati-hati Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kenaikan harga pangan bukan ditujukan kepada masyarakat saja. Namun juga semua pemangku kepentingan dan para pengambil kebijakan.
“Konteksnya ada kerawanan bila terjadi harga pangan mahal. Apalagi pesan ini disampaikan di depan para pemimpin TNI/ Polri,” ungkap Edi Priyono secara daring, Sabtu (5/3/2022).
Ia mengatakan, pada kondisi saat ini dibutuhkan gerakan dari semua lini. Dan didukung oleh gerakan perubahan dari masyarakat.
“Jadi selain pemerintah, gerakan harus didukung oleh dunia usaha dan masyarakat dengan pola konsumsi yang berbeda dari sebelum pandemi dan pascapandemi,” terangnya.
Ia mengatakan, harga tidak saja dipengaruhi oleh suplai saja. Seperti dipengaruhi oleh biaya produksi dan sebagainya. Tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah permintaan.
“Gandum, kita 100 persen impor. Jadi harus mengikuti harga internasional. Kita bila perlu tidak udah makan roti,” ungkapnya.
“Sebaiknya kita makan karbohidrat yang sumbernya diproduksi dari dalam negeri,” imbuhnya.
Lalu untuk kedelai, dikatakan dia, Indonesia juga tergantung dari impor. Bahan baku tempe dan tahu ini, menurutnya, juga 90 persen impor. Demikian pula elpiji, dikatakan dia, 70 persen Indonesia masih bergantung pada impor.
“Harga elpiji yang naik, yakni gas yang tidak bersubsidi. Dan jumlahnya 7 persen peredaran elpiji,” bebernya. (nas)
Credit: Source link