AMLAPURA, BALIPOST.com – Petani garam tradisional Amed menghentikan proses produksi garam mulai akhir 2022 hingga beberapa bulan ke depan. Menyusul, cuaca yang kurang mendukung karena saat ini telah memasuki musim hujan.
Menurut Ketua MPIG Garam Bali, I Nengah Suanda, Kamis (9/2), untuk saat ini petani sudah tidak lagi memproduksi garam tradisonal Amed. Petani sudah tidak memproduksi garam terhitung sejak akhir tahun 2022 lalu karena mulai turun hujan.
“Petani mulai tak memproduksi garam sejak akhir November 2022 lalu. Bahkan produksi akan ditutup sampai pertengahan tahun 2023 yakni hingga Juni mendatang. Setelah itu, baru kembali memproduksi garam karena bulan itu sudah mulai memasuki musim panas,” ujarnya.
Suanda mengatakan, mengingat saat ini para petani garam tidak memproduksi garam, maka mereka memasarkan stok garam yang masih ada saat ini. Kata dia, untuk stok garam yang masih tersedia untuk dijual kurang lebih sekitar 45 ton garam. Untuk pemasaran justru lebih banyak ke luar Bali, diantaranya ke Jakarta, Malang, Bandung dan daerah lainnya di Jawa.
“Selain memasarkan garam, para petani garam sementara beralih pekerjaan. Ada yang melaut, beternak, dan ada yang menjadi buruh bangunan agar bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi keluarga karena mereka tak memproduksi garam lagi saat ini, karena kalau tak begitu mereka makan apa?,” katanya. (Eka Parananda/balipost)
Credit: Source link