Picu Penyebaran Hoax, Wapres Ingatkan Bahaya Algoritma Kurasi

by

in

JawaPos.com – Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan bahaya algoritma kurasi di dunia masa. Sebab algoritma kurasi bisa memicu terjadinya disinformasi yang cukup luas di kalangan masyarakat.

Pesan tersebut disampaikan Ma’ruf saat memberikan orasi ilmiah Dies Natalis ke-7 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Samarinda di Samarinda pada Selasa (2/11). Seharian kemarin Ma’ruf melakukan kunjungan kerja di Samarinda, Kalimantan Timur.

Algoritma kurasi wujudnya sering ditemukan dalam mesin pencari Google atau lainnya. Dengan kemampuan algoritma yang dimiliki, Google menyuguhkan informasi-informasi sesuai dengan kecenderungan si pengguna internet. Jika si pengguna internet kerap Mecari informasi yang keliru, maka secara algoritma akan disuguhkan informasi-informasi sejenis.

Algoritma kurasi merupakan salah satu hasil dari perkbangan teknologi informasi. “Salah satu sebab terjadinya disinformasi masif itu adalah adanya algoritma kurasi,” katanya. Dengan adanya algoritma kurasi itu, membuat orang atau kelompok meyakini informasi yang dipasok dari kelompoknya sebagai kebenaran. Di sisi lain ada kelompok yang berpedoman pada kebenaran mereka sendiri. Kondisi ini menurut Ma’ruf, dapat menimbulkan keterbelahan dan perpecahan umat serta bangsa.

Ma’ruf menerangkan teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan. Dengan tingkat kecepatan perubahan yang belum pernah terjadi selama ini. Arus informasi mengalir dari penjuru dunia begitu cepat hanya dalam hitungan detik.

“Perubahan ini dapat membawa kemaslahatan atau kemudaratan, tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengelolanya,” katanya. Ma’ruf mengatakan diantara kemudaratan atau dampak negatifnya adalah penyebaran secara masif paham yang bertentangan dengan ideologi negara. Kemudian terjadinya disinformasi dalam rupa informasi yang tidak benar. Parahnya lagi dengan adanya algoritma kurasi, informasi tidak benar atau hoax menyebar dengan cepat.

Untuk itu dia berpesan kepada lembaga perguruan tinggi untuk membekali mahasiswa supaya bisa berpikir kritis. Dengan tetap berpegang teguh lada akidah, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Dalam.akaran Islam, akhlak meliputi etika, moral, dan karakter.

Dia mengakui membangun karakter tidak bisa secara instan. “Tetapi harus terus dilatih dan dibina secara terus menerus,” katanya. Sehingga dapat tumbuh nilai-nilai kebangsaan serta rasa cinta tanah air. Pembangunan karakter juga harus dimulai sejak usia dini.

Editor : Bintang Pradewo

Reporter : Hilmi Setiawan


Credit: Source link