Poin Utama Menjadi Pembicara Bukan Aksi, melainkan Interaksi

JawaPos.com – Pernahkah Anda mengalami ketika menjadi seorang pembicara, ternyata banyak audiens Anda yang tidak memperhatikan, tidak antusias, bahkan mengantuk?

BAGI sebagian orang, berbicara di depan umum mungkin bukan hal yang mudah. Membangun interaksi merupakan hal penting agar sesi tersebut berjalan mulus dan hal yang ingin dibahas tersampaikan dengan baik. Berikut ini beberapa etika yang harus dimiliki seorang pembicara agar audiensnya bisa fokus dan antusias terlibat.

1. Persiapan yang proper.

Benjamin Franklin pernah berkata, ”If you fail to plan, you are planning to fail.” Ketika Anda gagal mempersiapkan diri dengan baik, sama saja Anda mempersiapkan diri Anda untuk gagal. Paling tidak ada empat hal yang harus dipersiapkan sebelum berbicara di hadapan banyak orang:

• Mental (pastikan Anda tidak kalah mental sebelum bertanding),

• Fisik (pastikan fisik Anda fit dan bugar),

• Materi/konten (mulai opening sampai closing),

• Outfit (berpakaian yang rapi, sopan, dan pantas).

2. Ketahui siapa audiens Anda. Dengan begitu, Anda bisa menyamakan gaya bahasa Anda dengan mereka. Contoh: ketika berbicara di hadapan anak-anak muda, gunakanlah bahasa sesuai bahasa keseharian mereka (informal). Ketika berbicara di hadapan para akademis, gunakanlah bahasa-bahasa akademis (formal).

3. Ciptakan kesan pertama yang baik. Mengapa? Karena belum tentu akan datang kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya. Banyak cara yang bisa dilakukan agar audiens menangkap kesan baik dari Anda: Bersikap ramah dan hangat, banyak tersenyum (jangan jutek), berpakaian yang rapi dan sopan, tidak berdebat dengan audiens, dan lain-lain.

4. Antusias ketika berbicara. Kalau Anda ingin audiens antusias mendengarkan, Anda harus antusias ketika berbicara. Sebab, antusiasme itu menular ke audiens. Segala sesuatu, baik positif maupun negatif, mudah menular ke orang lain. Jadi, jangan loyo ketika berbicara karena audiens bisa ikut loyo mendengarkan Anda berbicara.

5. Suara jelas dan bisa terdengar seluruh audiens, berapa pun jumlah audiensnya. Jangan berbicara terlalu pelan atau terlalu keras. Pastikan artikulasi jelas agar audiens mudah mencerna informasi yang Anda sampaikan. Atur kecepatan bicara dan intonasi agar audiens nyaman mendengarkan Anda berbicara. Dan gunakan teknik pernapasan diafragma agar suara yang keluar ketika bicara lebih ”bulat”, ada ”power-nya”.

6. Kontak mata secara intens dari awal sampai akhir. Kontak mata adalah cara terbaik dan tercepat untuk ”connect” dengan audiens. Tapi, ingat, lakukan dengan wajar dan jangan berlebihan. Seorang bijak pernah berkata, ”Mata adalah jendela jiwa seseorang.” Jika Anda menghindari kontak mata dengan audiens ketika berbicara, bisa jadi Anda kurang percaya diri, kurang persiapan, atau kurang menguasai materi.

7. Bicara secara singkat, sistematis, dan jelas. Jangan bicara terlalu lama (overdurasi) dan jangan bicara ngalor-ngidul tidak jelas. Ketika Anda mulai tepat waktu dan selesai tepat waktu, artinya Anda menghormati audiens yang hadir.

8. Berinteraksilah dengan audiens Anda. Public speaking utamanya adalah bukan tentang ”aksi”, melainkan tentang ”interaksi”. Tidak peduli Anda sedang menjadi pembicara, MC, atau moderator, Anda ”wajib” berinteraksi dengan audiens. Offline atau online, Anda wajib berinteraksi dengan audiens.

9. Jaga body language ketika berbicara. Artinya, jangan keluarkan gerakan-gerakan yang tidak perlu ketika berbicara. Misalnya, garuk-garuk kepala, menggoyang-goyangkan kaki, memutar-mutar bolpoin, memasukkan tangan ke dalam kantong celana, dan semacamnya.

10. Aware dengan situasi di sekitar Anda. Ketika audiens terlihat mulai tidak fokus atau ngantuk misalnya, Anda bisa melakukan teknik energizer untuk membangkitkan kembali semangat dan perhatian audiens. Teknik energizer yang bisa Anda gunakan, antara lain, ice breaking, storytelling, humor, dan games.


*) Sakti Al Fattaah SIP MIkom, Public speaking coach & mentor, penulis buku Public Speaking Itu Mudah dan Menyenangkan


Credit: Source link