Puan Maharani
Jakarta, Jurnas.com – Sosok Puan Maharani, cucu dari Proklamator Kemerdekaan Soekarno, muncul saat Sekolah Partai Pimpinan Dewan tingkat provinsi dan kabupaten yang digelar DPP PDIP di Wisma Kinasih, Depok, Jumat (22/11).
Selaku Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan meminta kepada kader banteng tabah dan sabar menjalani proses kehidupan politik. Baginya, kesabaran itu pasti berbuah manis, apalagi dijalani bersama dengan rakyat.
“Acara ini bukan merupakan hanya acara seremonial berkumpulnya lembaga pimpinan legislatif. Namun bagaimana kita ke depan untuk meraih cita-cita dan tugas-tugas yang sama secara kepartaian untuk bisa mengawal bersama rakyat,” kata Puan.
Ketua DPR RI ini mengingatkan posisi PDI Perjuangan hingga saat ini telah menjalani proses yang panjang dan pahit. Ia pun menyebut baru Pemilu 2019 pembagian kursi untuk pimpinan DPR dan MPR melewati proses yang benar-benar demokrasi. Pada pemilu sebelumya, proses pemilihan pimpinan DPR dan MPR penuh dengan intrik.
Puan menceritakan pada Pemilu 1999, PDI Perjuangan merupakan partai pemenang dan telah mendudukkan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden dan dilanjutkan sebagai presiden. Lalu, Taufieq Kiemas pernah menjabat Ketua MPR. Hanya kursi Ketua DPR RI yang belum pernah diduduki oleh PDIP.
Ia lantas berdiskusi dengan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengenai hal itu. Lalu mendapat informasi sebenarnya PDIP nyaris mendapatkan kursi pimpinan DPR RI. Hanya saja, ada pihak lain yang menjegal PDIP secara tidak etis.
“Jadi bayangkan dari 1999, baru punya ketua DPR itu sekarang di 2019 walaupun sebenarnya hak ketua DPR itu disusun 2014. Jadi memang untuk bisa sampai di sini itu, kita harus sabar dan berjuang terus menerus,” katanya.
“Bayangkan baru kali ini PDIP meniadi ketua DPR, jadi sejarah panjang. Ada yang diambil haknya, ada yang dibohongi, tadi Ibu Ketum (Megawati) mengatakan bahwa dia itu sudah penuh dengan penderitaan, penghianatan, dan lain-lain,” sambung Puan.
Puan melihat perjuangan Megawati yang juga ibunya sendiri merasa pilu. Selama 45 tahun sebagai saksi hidup, Puan melihat sang ibu jatuh dan bangun dalam mempertahankan prinsip-prinsip yang dianggapnya benar. “Jadi memang sampai sini enggak gampang,” kata Puan.
Cerita pun mengalir, soal kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, sebagai lokasi yang bersejarah karena pernah ditinggali mobil dinas nomor polisi R1 sampai RI 6.
Pada 1999, Megawati Soekarnoputri menjabat wakil presiden yang menurut peraturan negara mendapatkan mobil dinas menggunakan nopol RI 2. Sedangkan Taufik Kiemas, suami Megawati mendapat mobil dinas bernopol RI 4.
Di 2001 ketika menjabat sebagai Presiden Kelima RI berganti mobil dinas dengan nopol RI 1. Berdasarkan aturan, suami presiden yaitu Taufik mendapat nopol RI 3.
Pada 2009, Taufik Kiemas terpilih secara aklamasi menjadi ketua MPR periode 2009-2014, mobil dinas bernopol RI 5 mutlak digunakan olehnya.
Sementara, Puan yang dipercaya menjadi Ketua DPR RI untuk periode 2019-2024 saat ini mendapatkan mobil dinas bernopol RI 6. “Ini sejarah paling komplet di republik, walaupun perjuangannya itu panjang,” tegas Puan.
TAGS : Puan Maharani Sekolah Partai
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/62785/Puan-Berkisah-Sejarah-Kehidupan-Unik/