JawaPos.com – Masyarakat optimistis ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 akan berakhir. Data Bank Indonesia (BI) mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) Mei lalu tercatat 104,4. Angka tersebut lebih baik ketimbang April yang skornya 101,5.
“IKK naik pada sebagian besar kategori tingkat pengeluaran, Terutama, responden berpengeluaran Rp 3,1 sampai 4 juta per bulan,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono kemarin (9/3). Secara spasial, lanjut dia, keyakinan konsumen membaik pada enam kota. Tertinggi di kota Medan. Disusul oleh Surabaya dan Manado.
Penguatan IKK didorong oleh perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Selain itu, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja meningkat dari posisi 68 menjadi 77,4. Namun, konsumen dengan pengeluaran Rp 1-2 juta memperkirakan bahwa ekspansi kegiatan usaha secara umum untuk 6 bulan ke depan masih terbatas.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Media Wahyudi Askar menilai, pandemi Covid-19 memicu polarisasi konsumsi antara masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggi. Saat ini, peningkatan IKK didominasi oleh masyarakat kelas menengah. Dengan kata lain, ekonomi masyarakat bawah masih belum pulih. Terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), menganggur, dan mengalami penurunan income.
“Upaya peningkatan demand lewat bansos cukup membantu masyarakat kecil. Tapi, selama ekonomi masih belum pulih, recovery ekonomi untuk kalangan bawah tetap akan berjalan lambat,” terang Media kepada Jawa Pos, Rabu (9/6).
Secara prinsip, kenaikan IKK mengindikasikan konsumsi atau belanja konsumen juga meningkat. Dari sisi penawaran, pelaku usaha akan meningkatkan produksi karena tumbuhnya permintaan. Dampak lainnya, permintaan terhadap kredit juga meningkat.
Namun demikian, lulusan doktoral University Of Manchester itu mengimbau pemerintah mencermati peningkatan atau penurunan IKK. Sebab, karakteristik wabah global kali ini sangat berbeda. Apalagi, belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut Media, membaiknya IKK Mei lebih didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada saat, sebelum, dan setelah Lebaran.
Sebagian masyarakat di perkotaan masih tetap mudik dan berbelanja di pedesaan atau di kampung halamannya. Sedangkan yang di desa, yang tidak begitu terdampak pandemi masih tetap menjaga dan meningkatkan pengeluaran selama Lebaran. Itu tidak lepas dari faktor kebiasaan masyarakat saat hari raya.
Publik berharap besar pada pemerintah untuk lebih optimal mengatasi persebaran virus SARS-CoV-2. Setidaknya, terdapat tiga faktor utama yang dapat mendorong kembali konsumsi masyarakat. Yaitu, vaksin, angka kasus Covid-19, dan regulasi terkait sosial ekonomi, pendidikan, serta ketenagakerjaan.
“Ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Negara yang sudah melakukan vaksin secara massal berdampak pada menurunnya angka kasus dan dibukanya kembali pertokoan. Masyarakat berani keluar rumah dan beraktivitas,” beber Media. Artinya, IKK akan otomatis meningkat signifikan bersamaan dengan masyarakat dapat bekerja dengan normal lagi dan sekolah bisa dibuka.
Untuk masyarakat menengah akan tetap melakukan konsumsi di tengah pandemi. Karena memang karakteristiknya yang cepat beradaptasi. Pola konsumsinya berubah yang sebagian beralih pada e-commerce. “Mereka juga kadang irasional dan tidak terlalu berpikir panjang untuk konsumsi,” imbuhnya. (han/hep)
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Agas Putra Hartanto
Credit: Source link