JawaPos.com – Dua film nusantara terbaik terpilih untuk tayang di Festival Film Bulanan lokus 2 periode September 2022. Film pertama adalah film fiksi asal Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berjudul Balalek karya sutradara Haris Supiandi produksi Gertak Film; sementara film terpilih kedua adalah film drama asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yakni Rindu Tenggelam karya Sutradara Magung Budiman produksi Kamar Senyap.
Atas terpilihnya kedua film ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengucapkan selamat untuk kedua film terpilih.
“Buat teman-teman komunitas Gertak Film dan Kamar Senyap, kami ucapkan selamat atas terpilihnya film kalian sebagai perwakilan dari lokus 2 sekaligus menjadi nominasi di acara puncak Malam Anugerah Festival Film Bulanan akhir tahun nanti,” ujar Sandi lewat keterangan resmi yang diterima, Senin (26/11).
Sebagai bentuk apresiasi, kedua film terpilih mendapatkan sertifikat, suvenir, dan penayangan poster film di sejumlah area gedung Kemenparekraf. Dua film ini juga akan ditayangkan secara premier di kanal YouTube Kemenparekraf selama satu bulan.
“Senang rasanya melihat mereka yang punya semangat juang dan pantang menyerah,” ungkap Sandi.
Dari data yang diterima, kata Sandi, film Rindu Tenggelam sudah beberapa kali terdaftar sebagai submisi sejak bulan Februari lalu. “Saya percaya, usaha tidak akan mengkhianati hasil dan yang dilakukan teman-teman komunitas Kamar Senyap ini adalah bukti,” kata Sandi.
Dalam kesempatan ini, Sandi juga mengimbau kepada para sineas agar jangan berhenti belajar, berkreasi, dan upgrade kemampuan diri. “Untuk sineas yang berada di wilayah Sabang, Aceh, Riau, Sumatera, dan Bangka Belitung, Sandi juga berpesan agar segera persiapkan diri karena pendaftaran untuk lokus 3 akan segera dibuka mulai 2 Oktober 2022,” katanya.
Senada dengan Sandi, kurator Festival Film Bulanan yang juga penulis skenario, Damas Cendekia menyarankan agar para sineas untuk mengembangkan ide cerita menjadi sesuatu yang memiliki kedalaman makna dan pesan penting yang perlu disampaikan melalui karya film.
“Misalnya, ketika teman-teman mengangkat sebuah tradisi/budaya suatu daerah. Itu bisa digali dan dikembangkan lagi narasinya, jadi tidak sekadar menunjukkan budayanya aja, tapi ada alasan atau urgensi tentang kenapa budaya itu harus dipertahankan,” tutur Damas.
Credit: Source link