JawaPos.com – Mobilisasi warga pada libur panjang akhir Oktober 2020 diharapkan tidak menjadi lonjakan kasus positif Covid-19. Sebab aktifitas liburan dipatikan menyebabkan terjadinya kerumunan, sehingga berpotensi tidak adanya penjagaan jarak antar warga.
Pakar Epidemiolog Universitas Padjajaran (UNPAD) dr Dwi Agustian menyampaikan, tim satuan tugas (Satgas) penanganan Covid-19 bisa bekerjasama dengan provider telekomunikasi untuk mengetahui terjadinya pergerakan setiap orang. Hal ini untuk mengetahui perjalanan setiap warga yang pergi berlibur.
“Barangkali Satgas ini bisa bekerjasama dengan para provider untuk mencegah pergerakan itu,” kata Dwi Agustian dalam diskusi daring BNPB, Sabtu (31/10).
Menurut Agustian, proses kerjasama dengan provider telekomunikasi dilakukan untuk mengetahui banyaknya pergerakan warga yang krluar daerah. Menurutnya, setiap warga yang berlibur seringkali berfoto dan mengunggahnya di sosial media.
Hal ini pun mengetahui, daerah mana saja yang padat dikunjungi warga. Serta mobilisasi warga dari daerah untuk berlibur. Setidaknya bisa diketahui daerah mana, di mana terjadi pergerakan masyarakat yang begitu kuat dan di situ nanti ada semacam feedback bagi kita.
“Berarti kalau masyarakat Jakarta yang mayoritas nih ternyata memenuhi tempat wisata, berarti fokus edukasi itu masyarakat Jakarta. Barangkali masyarakat Bandung, yang mungkin kita harus edukasi atau juga regulasi,” cetus Agustian.
Upaya edukasi itu terkait disiplin protokol kesehatan Covid-19, khususnya menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer dan menjaga jarak. Hal ini sebagai upaya memutud rantai Covid-19.
Agustian tak memungkiri, tingginya mobilitas warga dapat meningkatkan kasus Covid-19. Sehingga hal ini harus diantisipasi, dengan cara mengedukasi setiap orang agar selalu patuh protokol kesehatan.
“Jadi sekarang bagaimana upaya kita untuk mengurangi mobilitas tadi,” pungkasnya.
Editor : Dimas Ryandi
Reporter : Muhammad Ridwan
Credit: Source link