Kembalinya anak-anak ke sekolah membuat beberapa kegiatan kursus bangkit lagi. Pelatihan menggambar untuk anak-anak menjadi tempat mencari nafkah dan bermanfaat bagi masyarakat.
—
KALAU hanya mau cari untung, sebaiknya jangan bisnis kursus,’’ ujar Devina Julaidi kepada Jawa Pos Kamis (22/9). Namun, co-owner Kokoro Learning Center itu meyakinkan bahwa bisnis kursus tak lantas pasti merugi. Model bisnis itu juga bukan usaha otopilot yang bisa menjamin pemilik balik modal dalam enam bulan atau setahun.
Kali pertama memulai bisnis kursus pada 2015, lulusan Universitas Wenhua, Taiwan, tersebut menjadikan rumahnya di wilayah Tanjungsari, Surabaya, sebagai lokasi kursus.
Selain membuka kursus bahasa Mandarin, selaras dengan jurusan kuliahnya, Devina mencoba peruntungan dengan les gambar. Ide itu terbesit ketika dia melihat penawaran waralaba kursus melukis. ’’Saya melihat franchise drawing school memiliki paling banyak cabang. Setelah lihat metode pengajarannya, saya dan rekan memutuskan untuk coba buka,’’ ungkapnya.
Memang, lanjut dia, mendirikan tempat kursus tidak harus membeli brand waralaba. Namun, Devina yang ingin membuka kursus di luar keahliannya merasa lebih aman dengan sistem franchise. Dengan begitu, dia tidak perlu susah payah mencari pengajar yang benar-benar ahli.
Alhasil, dia mengumpulkan modal Rp 75 juta untuk mendirikan kursus melukis. Saat itu dia hanya menggunakan salah satu ruangan di rumahnya yang bisa menampung delapan siswa dalam satu sesi. ’’Ketika itu kami merasa kurang maksimal karena lokasi rumah bukan di pinggir jalan,’’ katanya.
Pada 2017, dia akhirnya memutuskan untuk memindahkan tempat kursus dengan menyewa ruko di kawasan komersial. Benar saja, jumlah pesertanya bertambah signifikan hingga mencapai 70 anak. Devina sampai harus merekrut 2 pengajar, 1 pengawas, dan 1 administrator untuk bisa menjalankan kursus tersebut. Pada akhirnya, dia harus pindah ke ruko tiga lantai untuk mendapatkan lebih banyak ruangan.
Memang, bisnis kursus sempat tersendat saat pandemi Covid-19. Namun, saat ini kegiatan operasionalnya sudah kembali normal. Jumlah peserta yang sudah diterima mencapai 110 anak. ’’Bahkan, pandemi kini jadi berkah. Sebab, kami membuka kelas online dan ada siswa dari Papua yang akhirnya ikut mendaftar di kelas kami,’’ jelasnya.
Dia menjelaskan, menggambar adalah salah satu keterampilan yang paling umum. Dengan berbagai kategori, Devina bisa menerima siswa dari beragam usia. Mulai umur 3 tahun hingga siswa SMA.
Banyak orang tua yang membawa anaknya karena melihat sang buah hati senang menggambar. ’’Untuk kelas krayon, beberapa orang tua ingin melihat anaknya berfokus dalam waktu yang lebih lama sekaligus melatih kompetensi motorik sebelum masuk sekolah,’’ ungkapnya.
Bagi calon pengusaha kursus melukis, Devina punya satu kunci penting yang tidak boleh dilupakan. Sabar. Menurut dia, sebagai penyedia jasa, pengelola kursus harus bisa mengakomodasi keinginan konsumen. Dalam hal ini, mereka memiliki dua klien. Sang siswa dan orang tua.
Keluhan siswa dan orang tua bisa melukai kinerja usahanya. Dia berupaya mengikuti keinginan orang tua. ’’Kita juga harus sabar dengan anaknya meski harus tetap tegas supaya bisa mengalami progres,’’ tuturnya.
Jika berhasil mempertahankan, pelaku bisnis kursus bisa mencetak profit lebih dari 40 persen. Angka itu sudah dikurangi dengan royalty fee 15 persen dari franchisor.
Semantara itu, owner jaringan waralaba Ohayo Drawing School Widiyana Susanty menyatakan, populasi kursus melukis merupakan salah satu yang terbanyak menyebar. Sejak menjadikan usahanya sebagai waralaba pada 2011, dia kini membuka 225 cabang di seluruh Indonesia. ’’Setiap tahun ada tambahan 20 cabang,’’ terangnya.
Salah satu keuntungan dari usaha tersebut adalah tempat yang fleksibel. Sebab, pengusaha hanya butuh ruang dengan ukuran 4 x 4 meter untuk mengajar siswa. Selama mereka bisa menjaring 30 siswa, dia yakin usaha mereka bisa sustainable.
TIPS MEMULAI BISNIS DRAWING SCHOOL
– Cari lokasi yang dikelilingi sekolah.
– Promosi via medsos dan spanduk.
– Rajin-rajin branding melalui event offline.
– Pilih karyawan yang bisa bersahabat dengan siswa.
– Ekstrasabar dalam menghadapi orang tua.
Diolah dari berbagai sumber
Credit: Source link