TABANAN, BALIPOST.com – Kondisi sulit di masa pandemi COVID-19 memaksa banyak orang untuk lebih kreatif dan inovatif mencari penghasilan tambahan agar dapat tetap bertahan. Keahlian dan kejelian dalam melihat peluang pasar juga dibutuhkan untuk mendapatkan sumber penghasilan baru.
Hal ini juga dirasakan oleh para pekerja EO (Event Organizer) lokal. Salah satunya pemuda asal Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Putu Arya Wiguna (30). Ia memilih berjualan Es Pisang Ijo, lantaran sepinya job.
Kerap tampil jadi pembawa acara di setiap event lokal seperti acara ulang tahun, pernikahan dan lainnya, Arya cukup dikenal oleh masyarakat di Tabanan. Apalagi, tak hanya aktif di bidang usaha jasa, Arya juga sangat aktif di berbagai organisasi bertaraf nasional sebut saja seperti Peradah, HIPMI, KMHDI, KIPAN dan masih banyak lagi.
Sebelum pandemi dengan pekerjaan yang sudah dilakoninya sejak tujuh tahun menjadi event organizer lepas dan MC, pendapatannya pun lumayan bahkan bisa mencapai Rp 4 juta per bulan. Itu karena hampir tiap minggunya banyak event yang meminta jasanya.
Sayangnya, pandemi mulai Maret 2019 juga berdampak pada penghasilannya lantaran sepi job. Arya pun awalnya mengaku sempat bingung dan putus asa, apa yang mesti dilakukannya untuk bisa sekedar bertahan hidup.
Hingga akhirnya ia memilih memutuskan berjualan es pisang ijo, dengan mencoba peruntungan meminjam KUR di bank. Ide berjualan ini muncul lantaran sudah banyak rekan-rekannya yang juga mulai menekuni bisnis kuliner yang dirasa masih bisa bertahan di masa pandemi. “Awalnya bingung akhirnya buka angkringan, alasannya punya banyak teman yang pasti kebutuhan usaha makanan akan bertahan,” terangnya, Kamis (15/4).
Es pisang ijo dipilihnya karena Arya mengaku ingin menampilkan sajian kuliner yang jarang ditemukan di sekitaran Tabanan. Selain juga cara pembuatannya pun mudah, bahan-bahan mudah didapatkan dan bisa disimpan dalam lemari es jika hari itu belum seluruhnya habis.
Rujak juga menjadi menu andalan masyarakat. Dengan mengandeng mereka yang juga terdampak COVID, usaha jualan es pisang ijo ini dilakoninya meminjam lokasi tepat di depan Puri Anom Tabanan.
“Resep saya belajar di YouTube, dan saya juga menggandeng keluarga yang terdampak COVID-19 dengan konsep bagi hasil. Dengan perjanjian sebagai pemodal dan membantu dalam hal promosi, kalau ada waktu akan ikut jualan. Sudah lebih dari dua minggu jualan, tiap hari astungkara hasilnya 100-150 ribu, kalau sepi 69-79 ribu dipotong bahan 50 persen, lumayan menutupi kebutuhan sehari hari,” ucapnya.
Meski masih muda, Arya mengaku dirinya tidak malu melakoni usahanya ini. Karena baginya pandemi membawa dampak negatif dan positif.
Negatifnya memang seluruh sektor ekonomi lumpuh. Namun di sisi lain pandemi mengajarkan masyarakat untuk tumbuh ide-ide kreatif dan inovatif bagaimana bertahan di masa sulit. (Puspawati/balipost)
Credit: Source link