JawaPos.com – Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet menuai kontroversi di masyarakat sejak beberapa waktu belakangan. Itu terjadi setelah lagu karya Pratama ini viral di media sosial, termasuk di TikTok, dan dijadikan sebagai lagu pengiring untuk berjoget.
Kemungkinan karena kontroversi tersebut, lagu Joko Tingkir tidak jadi dibawakan oleh penyanyi cilik Farel Prayoga di acara HUT ke-77 RI di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/8). Sempat berdiskusi cukup lama, akhirnya Farel membawakan lagu Ojo Dibandingke untuk kedua kalinya.
Terkait kontroversi Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet yang bahkan dianggap sebagai pelecehan terhadap ulama, Makyun Subuki selaku pakar linguistik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkat bicara. Ia menyatakan lagu itu tidak sampai masuk ke tahap melecehkan ulama.
“Pelecehan mungkin nggak ya. Ngombe dawet (minum dawet) itu kan bukan perkara negatif. Saya yakin seandainya zaman dulu sudah ada dawet, para perawi hadits nggak bakal jadi dhoif haditsnya gara-gara ngombe dawet,” kata Makyun Subuki dikutip dari NU Online.
Sekalipun bukan termasuk pelecehan terhadap ulama, ia mengakui penggunaan Joko Tingkir kurang tepat dijadikan bagian dari lirik lagu itu. Apalagi lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet dijadikan lagu untuk berjoget oleh banyak orang.
“Jadi yang sebenarnya dinilai merendahkan itu bukan bahasanya, tapi setting bagaimana bahasa itu dipakai,” kata penulis buku ‘Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa’ yang juga Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI).
Lepas kontroversi yang terjadi, ada hal menarik yang diungkapkan Makyun Subuki. Dari kejadian ini ia mengatakan Joko Tingkir ternyata tidak terlalu dikenal dengan baik oleh masyarakat. Dia menduga dalam sistem pembelajaran agama Islam di Indonesia, sosok Joko Tingkir belum diperkenalkan dengan baik.
“Mungkin, ini berarti juga pelajaran sejarah Islam kita ada yang nggak beres,” kata Makyun Subuki.
Sebelumnya, pencipta lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet buka suara menyikapi kontrovesi yang terjadi di masyarakat. Dia meminta maaf telah melakukan kesalahan dengan memasukkan Joko Tingkir sebagai judul dan lirik.
Melalui video unggahannya di YouTube, dia meminta maaf karena telah membuat masyarakat khususnya di daerah Lamongan resah dan mungkin tersinggung. Dia menegaskan tidak ada unsur kesengajaan untuk merendahkan apalagi menghinakan tokoh ulama besar di masa lalu.
“Izinkan saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Lamongan dan pihak-pihak yang tersinggung atau kurang berkenan karena saya telah membuat lirik menggunakan nama Joko Tingkir,” kata Pratama.
Credit: Source link