JawaPos.com – Setelah sebelumnya sempat dilaporkan ke Polsek Tamansari Jakarta Barat, promotor konser K-pop We All Are One, Jaihyun Park, kembali dilaporkan ke polisi. Warga negara Korea yang kini mendekam di dalam tahanan Imigrasi itu dilaporkan oleh Rizky Triadi, Direktur PT Visi Musik Asia atas kasus dugaan penggelapan dan penipuan.
Berdasarkan laporan polisi dengan nomor: STTLP/B/4632/XII/2022/SPKT/POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA, laporan dibuat pada Sabtu, 10 Desember 2022. Rizky melaporkan Park ke Polres Metro Jakartan Selatan atas dugaan melakukan tindak pidana penipuan dan penggelapan dana sebesar Rp 2,8 miliar. Dilaporkan dengan Pasal 378 KUHP dan Atau Pasal 372 KUHP.
Laporan polisi terhadap Park dibenarkan oleh Fritz Hutapea, kuasa hukum Rizky. Dia pun menyebut laporan polisi dibuat malam hari Sabtu kemarin sekitar pukul 23.15 WIB.
“Iya benar klien kami melaporkan Park atas kasus penipuan dan penggelapan ke Polres Metro Jakarta Selatan,” ujar Fritz Hutapea kepada JawaPos.com Minggu (11/12).
Kasus dugaan penipuan dan penggelapan yang dilaporkan Rizky masih berkaitan dengan kasus batalnya konser We All Are One yang seharusnya digelar pada 11-12 November 2022 yang kemudian berujung pada penangkapan Park oleh Ditjen Imigrasi pada Senin, 21 November 2022 lantaran diduga telah merugikan masyarakat.
Menurut putra pengacara Hotman Paris itu, laporan polisi dibuat oleh kliennya untuk membuktikan bahwa belum terjadi perdamaian antara kliennya selaku salah satu vendor yang bekerja sama dengan PT Coution Live milik Park dalam rencana pelaksanaan konser We Are All One.
“Yang kami dengar, Park melakukan perdamaian dengan vendor-vendor kecil pada hari Senin sebagai syarat dideportasi ke negaranya. Makanya kami buru-buru membuat lapora polisi,” jelas Fritz Hutapea.
Menurut informasi, konser We Are All One yang rencananya akan digelar 11-12 November 2022 namun batal digelar berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 7 miliar dari hasil penjualan tiket. Hampir separuh dari dana tersebut sudah dicairkan oleh Park tak jelas digunakan untuk apa. Sementara vendor yang sudah bekerja di lapangan tak kunjung mendapatkan bayaran, seperti dialami oleh PT Visi Musik Asia.
Fritz Hutapea menyebut sampai detik ini belum ada tanda-tanda Park akan mengembalikan dana fantastis dari masyarakat yang sudah membeli tiket konser K-pop We Are All One.
“Sampai sekarang nggak ada pembahasan untuk bayar (pengembalian tiket),” aku Fritz.
Credit: Source link