Indopos.co.id – Pandemi COVID-19 membuat banyak orang mencari kegiatan baru untuk mengurangi rasa penat saat beraktivitas di rumah. Salah satunya dengan memelihara tanaman Aglonema atau sri rejeki dan Monstera Adansonii Variegata atau janda bolong.
Kini, kedua tanaman itu menjadi primadona baru digandrungi kaum hawa. Apalagi harga tanaman tersebut pun cukup fantastis. Ada keunikan dan warna tersendiri bagi pencinta tanaman yang terdapat pada dua jenis tanaman tersebut.
Kedua tanaman tersebut bukanlah tanaman hias melainkan tanaman obat yang tumbuh merambat di daerah tropis yang ada di Amerika Selatan dan Thailand. Bentuk tanaman dari keluarga Familia Aracae tersebut unik, karena ada bolongan di setiap helai daunnya.
Saking uniknya, orang-orang Eropa menjuluki Monstera Adansonii sebagai keju Swiss atau tanaman lima lubang. Bolongan di daun dianggap mirip keju dari Swiss. Inilah yang sekarang digeluti Pipit Kurnia, 45, yang berdomisili di Perumahan BSD City, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Dia mengaku, hobi bercocok tanaman hias sejak empat tahun lalu. Namun untuk menanam Aglonema dan Monstera Adansonii Variegata baru dilakukannya sejak awal Mei 2020 lalu.
”Dari dulu saya suka dengan tanaman, dulu saya beli Anthurium dan budidayakan sendiri. Nah sekarang yang lagi booming ya aglonema sama janda bolong. Memang unik tanamannya karena warnanya bagus dan jenis tanaman obat juga,” katanya saat dijumpai di rumahnya, Jumat (9/10).
Diakui Pipit juga, untuk dapat membudidayakan empat jenis aglonema asal Thailand ini dirinya mengeluarkan kocek hingga Rp10 juta. Empat jenis tanaman itu bernama Aglonema Goliat, Esmi Golden hingga Widuri. Bahkan, saat ini keempat tanaman itu tengah dibudidayakannya di pekarangan rumahnya sendiri.
”Yang bantu merawat ada asisten rumah tangga juga, kebetulan senang sama tanaman juga. Memang cukup mahal karena lagi booming. Saya beli dari temen arisan juga, kebetulan koleksinya banyak pula,” papar istri pengusaha batubara ini.
Tak hanya itu, lanjut ibu tiga anak ini, untuk memboyong empat jenis tanaman janda bolong itu dirinya mengeluarkan kocek hingga Rp60 juta. Tanaman ini pun di dapatkan dari rekan arisannya yang tinggal di bilangan Jakarta. Bahkan salah satu Monstera Adansonii Variegata yang telah mengeluarkan warna itu diletakannya di ruang tamu rumahnya.
”Begitu saya dapat arisan, langsung saja beli ini. Kebetulan temen dekat saya mau jual karena mau pindah ke Kaltim. Senang karena dapat yang sudah jadi dan tumbuh subur,” ucap Pipit juga.
Menurutnya lagi, hobi memelihara tanaman hias dengan harga selangit itu sangat di dukung suaminya. Sebab, kegiatannya setiap hari banyak dihabiskan di rumah saja.
”Saya jarang keluar rumah, makan ya suami saya bilang cari kesibukan dan pilihannya ya bercocok tanaman hias. Kalau keluar paling arisan dan makan sama anak dan suami saja,” ujar Pipit lagi.
Pipit menuturkan, ada kepuasan tersendiri saat hobinya bercocok tanam itu tersalurkan. Yakni membuat halaman bagian depan dan belakang rumahnya menjadi asri dan hijau. Kegiatan ini juga pun membuat anak serta suaminya betah berlama-lama di dalam rumah.
”Kalau suami lagi tidak kerja, ya kami semua bercocok tanam. Ada yang siram tanaman, ada yang kasih pupuk, sama ganti pot. Saya kan ibu rumah tangga, jadi selain merawat dan menjaga anak serta suami yah bercocok tanam juga,” tuturnya.
Perawatan Mudah, Budidaya Tak Sulit
indopos.co.id – Bagi Pipit Kurnia, memelihara tanaman sri rejeki dan janda bolong jadi yang harganya booming saat Pandemi COVID-19, membuatnya ingin berbisnis. Apalagi perawatan dan budidaya tanaman ini cukup mudah dilakukan dan cepat berkembangnya.
”Mudah perawatan tanaman ini makanya saya suka sekali. Hanya butuh sinar matahari sedikit, tanaman sudah mekar. Cukup kuat dengan cuaca di sini,” katanya saat ditemui dikediamannya.
Dijelaskan Pipit juga, untuk merawat tanaman janda bolong hanya perlu ketelatenan. Yakni sering membersihkan daun menggunakan parutan kelapa agar daun-daunnya mengkilap. Cukup satu kali dalam sebulan jika tanaman disimpan di dalam ruang, sedangkan dua kali dibersihkan daunnya dalam sebulan jika ditaruh di luar ruang.
Sedangkan untuk Aglonema pun cukup simpel, yakni tidak menempatkan tanaman langsung di bawah sinar matahari, menyiram tanaman dengan durasi tiga hari sekali, serta membersihkan gulama serta pemberian pupuk.
”Itu juga dilakukan jika tanaman sudah terlihat kusam. Paling dikontrol dua sampai tiga hari sekali saja. Tanamannya juga tidak rewel dan tidak mudah terserang hama,” paparnya.
Selain mudah perawatan, lanjut Pipit, untuk pembudidayaan kedua jenis tanaman itu pun juga mudah. Yakni hanya memotong pangkal pucuk tanaman janda bolong dan menempatkannya di dalam wadah berisi air. Maka tanaman itu akan hidup.
Sedangkan untuk jenis Aglaonema dibutuhkan cara menstek atau cangkok pucuk tanaman indukan, selanjutkan setelah mengeluarkan akar tanaman baru ini segera ditempatkan ke media tanam yang baru.
”Tidak akan mati, karena tanamannya kuat. Saya sudah mulai uji coba ini dan berhasil. Yang penting caranya benar dan media tanamnya pun bagus,” paparnya juga. Karena mudah membudiayakan kedua tanaman mahal ini, Pipit berencana akan membuka bisnis tanaman hias tersebut.
Dia menilai, berjualan tanaman ini akan membuat hobinya itu memiliki manfaat besar bagi keluarganya. Apalagi berbisnis tanaman hias ini dapat menggunakan media sosial. Mengingat harga kedua tanaman itu sedang naik tinggi dikalangan pencinta tanaman hias di Jabodetabek.
”Tentu kalau tanamanya bagus harganya pasti tinggi, tapi saya akan jual dengan harga yang sedang saja. Yang penting kan tambah kesibukan dan keuntungan juga. Ini bisa jadi peluang bisnis bagi ibu rumah tangga seperti saya,” cetusnya. (cok)
Credit: Source link