Tata Kawasan Suci Besakih, Pengerjaan Proyek Harus Berjalan Beriringan dengan Kegiatan Keagamaan

Pengunjung berada di Pura Agung Besakih. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan penataan kawasan suci Besakih diharapkan tidak sampai mengganggu kegiatan keagamaan di Pura Agung Besakih. Baik pada saat membuat bangunan, menata lokasi UMKM, maupun tempat parkir.

Dalam hal ini, kegiatan keagamaan harus tetap berjalan sebagaimana adanya. “Manajemen proyeknya harus kuat,” ujar Ketua Komisi III DPRD Bali, A.A. Ngurah Adhi Ardhana dikonfirmasi, Minggu (6/12).

Sebelumnya, Sabtu (5/12), Komisi III DPRD Bali melakukan kunjungan kerja ke wilayah Rendang, Karangasem terkait program pelindungan kawasan suci Besakih. Menurut Adhi Ardhana, baik dari pantauan langsung, maupun berdasarkan keterangan Jero Bendesa dan pelaksana di lapangan, suasana di Besakih memang sudah cukup kondusif.

Apa yang dikerjakan sudah sesuai dengan harapan. “Kami di Komisi III sangat mensyukuri hal tersebut,” imbuh Politisi PDIP ini.

Adhi Ardhana menambahkan, penataan kawasan suci Besakih sudah dirancang secara holistik sebagaimana konsep kawasan Pura Agung Besakih sejak awal. Pada saat melaksanakan perjalanan suci ke Besakih, ada banyak Pura yang mestinya dilalui. Program pelindungan kawasan suci Besakih mengarahkan untuk kembali ke konsep awal tersebut.

“Program ini dilakukan dalam posisi itu, sehingga mengarahkan arus jalannya sesuai dengan tata titi yang sebenarnya,” paparnya.

Proyek penataan, lanjut Adhi Ardhana, akan dimulai April 2021. Saat ini, sudah dilaksanakan pengadaan lahan untuk parkir, pembuatan jalan, penyempurnaan catus pata, dan pedestrian memakai anggaran dalam APBD. Proyek ditarget selesai untuk bisa operasional pada akhir 2022 atau awal 2023.

“Penataan dengan kondisi eksisting saat ini, dimana banyak ada UMKM dan kegiatan ekonomi, kami sudah memohon agar bisa ditata dengan baik sehingga tidak menimbulkan perselisihan,” paparnya.

Adhi Ardhana menekankan, kegiatan ekonomi juga harus berkesinambungan dengan kondisi lingkungan keagamaan yang ada. Kemudian dikaitkan dengan pariwisata agar dipersiapkan pula dengan baik. Walaupun memfasilitasi keinginan masyarakat dunia yang ingin melihat kebesaran Pura Agung Besakih serta pelaksanaan kebudayaan dan agama di sana, namun tetap harus berpatokan pada kaidah-kaidah kesucian.

“Bagaimana hal-hal yang mungkin akan bisa mencemari, itu kita hindari. Saat ini justru kita tidak memahami. Ada orang yang sepatutnya tidak masuk, akhirnya bisa masuk. Nanti mungkin akan disiapkan semacam penelokan-lah istilahnya,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)

Credit: Source link