komandan IRGC, Brigadir Jenderal Hossein Salami (Foto: Tehran Time)
Teheran, Jurnas.com – Kepala komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Mayor Jenderal Hossein Salami menyatakan kesedihannya atas insiden pesawat penumpang Ukraina baru-baru ini di Teheran. Ia mengatakan, baru kali ini merasa lebih malu dalam hidupnya.
Pada pidatonya yang disampaikan dalam pertemuan di parlemen Iran, Mayor Jenderal Salami menyatakan ingin berada di antara penumpang pesawat yang jatuh dan meninggal bersama mereka.
“Saya berharap saya berada di dalam pesawat itu dan jatuh serta terbakar bersama dengan orang-orang terkasih itu daripada menyaksikan insiden tragis ini,” kata Mayor Jenderal Salami.
“Saya bersumpah pada kehidupan anak-anak saya bahwa kami di (IRGC) tidak memiliki keinginan lain selain untuk dihancurkan demi keamanan, kesejahteraan dan kedamaian rakyat kami,” sambungnya.
Boeing 737-800, dalam perjalanannya ke Kiev dan akhirnya menuju Toronto, ditembak jatuh secara tidak sengaja pada 8 Januari, beberapa jam setelah Iran melepaskan rudal di dua pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak. Sebanyak 176 orang di dalam pesawat tersebut semuanya tewas.
“Setelah pembunuhan dan kemartiran komandan kita yang tercinta (Let. Jenderal Qassem Soleimani) dan rekan-rekannya (oleh pasukan AS di Irak), kami merasa berada dalam suasana perang psikologis yang tidak diketahui dengan AS,” kata Mayor Jenderal Salami.
“Ada tekanan yang sangat berat dari masyarakat untuk pembalasan dan kami, seperti Anda dan bahkan lebih dari Anda, dipengaruhi oleh insiden itu,” sambungnya.
Mayor Jenderal Salami mengatakan, serangan balasan Iran terhadap pembunuhan komandan Pasukan Quds dari IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani harus proporsional dengan kejahatan AS.
“Kali ini, kami tidak menetapkan sasaran berdasarkan kematian manusia, karena tujuan kami bukan untuk membunuh tentara musuh dan itu tidak penting bagi kami,” sambungnya.
Jumat lalu, Presiden Donalg Trump memerintahakan secara langsung serangan udara AS untuk membunuh Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, komandan Mobilisasi Populer Irak (PMU).
Segera setelah pembunuhan itu, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, mengatakan, Washington akan menerima balasan yang keras atas kekejaman itu.
Pada Rabu (8/1) pagi, IRGC menembakkan peluru kendali balistik ke pangkalan udara Ain al-Assad di Provinsi Anbar Irak, dan satu pos terdepan di Erbil, ibukota Kurdistan Irak semi-otonom, yang keduanya menampung pasukan AS.
Di tempat lain dalam sambutannya, Salami mengatakan setelah serangan rudal Iran di pangkalan AS di Irak dan ketika negara itu mengharapkan tanggapan pasukan AS, pasukan pertahanan udara diberitahu, sejumlah rudal jelajah telah ditembakkan.
“Operator kami diberitahu tentang rudal Pesiar dan kontaknya dengan SOC terputus sementara waktu. Karena itu, ketika ia melihat pesawat di layar radarnya, dia yakin itu adalah ancaman serius,” jelasnya
“Kami melakukan kesalahan dan sejumlah rekan senegaranya terbunuh akibat kesalahan kami, tetapi itu tidak disengaja dan kami merasa malu dan akan menebusnya,” kata Salami lagi.
“Setelah kami memastikannya, kami merilis informasi. Namun, kami siap menerima keputusan apa pun yang dibuat dan kami menyerahkan diri pada kehendak bangsa Iran yang terkasih dan agung,” sambungnya.
TAGS : Agresi Amerika Serikat Donald Trump Hossein Salami Qassem Soleimani.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin