DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 telah memberi dampak sangat berat bagi ekonomi Bali. Bahkan, belum ada titik terang kapan Bali akan bangkit dari keterpurukan.
Keeberadaan koperasi dan UMKM yang menjadi penopang ekonomi Bali pun kini “tumbang” akibat dampak pandemi COVID-19. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, Made Erwin Suryadharma, Rabu (23/6), mengatakan dari 1.103 Koperasi dan 32.226 UMKM yang ada di Kota Denpasar, seluruhnya terdampak pandemi COVID-19.
Berbagai upaya telah dilakukan agar Koperasi dan UMKM yang ada mampu bertahan hidup di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir. Pada Gerakan Koperasi misalnya, pihaknya telah mengeluakan Surat Edaran (SE) agar selalu melakukan pembinaan-pembinaan dan memberikan restrukturisasi, serta relaksasi kepada anggota koperasi.
Meskipun secara umum tidak ada koperasi di Kota Dempasar yang untung, semua sisa hasil usaha (SHU) terjun bebas akibat pandemi COVID-19. Kecuali, Koperasi Pegawai Negeri (KPN), karena di koperasi ini Pegawai Negeri potong gaji.
Tidak hanya itu, permasalahan likuiditas juga dihadapi koperasi saat ini. Koperasi harus menyediakan uang cash dan segar. Sebab, di satu sisi banyak orang menarik uangnya, dan di sisi lain tidak ada yang membayar kredit.
Bahkan, diakuinya, problema terpuruk koperasi ini baru pertama kali terjadi di Kota Denpasar, dan Bali pada umumnya. Sebab, saat krisis ekonomi tahun 1998 dan Bom Bali I dan II, Koperasi tidak mengalami keterpurukan separah di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini.
Kendati demikian, pihaknya terus memberikan dorongan dan motivasi agar gerakan koperasi tetap bisa bertahan hidup. Salah satunya melalui program LPDB, yaitu menawarkan pinjaman dengan bunga yang sangat murah (3 persen setahun).
Anggota-anggota koperasi juga telah diberikan bantuan dari pusat, dan stimulus dari Gubernur Bali.
Tidak hanya Koperasi, UMKM sebagai penopang ekonomi Bali kini juga “tumbang” akibat pandemi Covid-19. Dikatakan, UMKM dan pariwisata bagaikan dua sisi mata uang.
Pariwisata tumbuh, di sana UMKM tumbuh. Begitu juga sebaliknya. Sehingga, ketika pariwisata “mati suri”, UMKM juga terpuruk.
Ia menyebutkan saat ini UMKM sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Tidak saja bantuan materi, namun juga bantuan nonmateri. (Winatha/balipost)
Credit: Source link