JawaPos.com – The Fed atau bank sentral AS resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Hal itu dilakukan untuk meredam inflasi di Negeri Paman Sam yang mencapai 8,3 persen pada Agustus 2022.
Terkait itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi bahwa kenaikan tersebut sudah terprediksi. Pasalnya, inflasi yang meroket masih menjadi sebuah ancaman bagi The Fed.
“Kalau dari statement-nya sudah mengatakan bahwa mereka akan melakukan (menaikkan suku bunga) sampai inflasi bisa betul-betul terkendali, itu artinya 75 bps itu sudah predictable,” kata Sri Mulyani saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (23/9).
Ia juga meyakini bahwa keputusan The Fed tersebut sudah diperhitungkan konsekuensinya termasuk terhadap pelemahan ekonomi negara. Bahkan, ia memproyeksikan bahwa konsekuensi tersebut akan mulai terlihat pada akhir tahun ini hingga 2023 mendatang.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut tercermin dari sikap tegas The Fed ketika menaikkan suku bunga dan menyampaikan berbagai proyeksi. Suku bunga The Fed diyakini akan naik hingga 4 persen pada tahun depan.
“Artinya, ya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat tahun ini akhir sampai tahun depan mungkin akan mulai terlihat mengalami dampak dari kenaikan suku bunga tersebut,” imbuhnnya.
Sri Mulyani menyebut bahwa tingginya laju inflasi dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan memengaruhi proyeksi ekonomi dunia, karena posisinya sebagai kekuatan ekonomi terbesar. Kondisi itu pun dapat memengaruhi harga komoditas, sehingga Indonesia perlu mengambil langkah anitisipasi.
Sementara itu, mengutip Reuters pada Kamis (22/9/2022), rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 20-21 September 2022 memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3 – 3,25 persen.
Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis pada pertemuan ketiga berturut-turut, sekaligus merupakan langkah pengetatan paling agresif sejak Paul Volcker memimpin The Fed pada awal 1980-an.
Sementara itu, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pembuat kebijakan tidak yakin apakah proses pengetatan kebijakan ini akan mengarah ke resesi atau seberapa dalam kontraksinya ke depan.
Kendati demikian, ia memproyeksi bahwa suku bunga acuan akan terus meningkat menjadi 4,40 persen pada akhir tahun ini sebelum mencapai 4,60 persen pada tahun 2023 untuk melawan inflasi yang kuat.
Sementara itu, proyeksi ekonomi triwulanan bank sentral AS menunjukkan ekonomi melambat pada tahun 2022. Pertumbuhan akhir tahun nantinya akan merangkak naik sebesar 0,2 persen menjadi 1,2 persen pada tahun 2023, jauh di bawah potensi ekonomi
Tingkat pengangguran diproyeksikan naik menjadi 3,8 persen tahun ini dan 4,4 persen pada 2023. Inflasi terlihat perlahan baru akan kembali ke target The Fed sebesar 2 persen pada 2025.
Editor : Banu Adikara
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link