Kondisi pandemi COVID-19 yang berdampak hebat pada sektor ekonomi kian menekan para pelaku usaha, terutama dari kalangan Usaha Kecil Mikro & Menengah (UMKM). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memudahkan para pelaku usaha dalam menghadapi tantangan ini, mulai dari relaksasi pinjaman hingga restrukturisasi dan subsidi bunga kredit. Namun, selain itu adakah alternatif cara yang lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan? Bisnis model seperti apa yang akan dilirik oleh investor atau pendana?
Topik inilah yang dibahas dalam webinar “Why Some Business Success and the Others Failed?” yang diselenggarakan oleh Diplomat Success Challenge (DSC), salah satu program dan kompetisi wirausaha terbesar di Indonesia yang diinisiasi oleh Wismilak Foundation sejak tahun 2010, pada Kamis (1/10) lalu. Webinar yang dilaksanakan atas kerjasama dengan MarkPlus Institute ini dilakukan secara daring, menghadirkan pembicara Wafa Taftazani, Co-Founder dan Komisaris Utama Modal Rakyat, dan Billy Kurniawan, Founder Jiwa Group. Webinar kali ini juga menghadirkan testimoni dari Athalia Mutiara, Founder Hear Me yang merupakan finalis DSC X 2019. Setidaknya ada 3 langkah strategis yang harus dilakukan UMKM atau perusahaan rintisan untuk mendapatkan pendanaan.
1. Tentukan Model Bisnis yang Tepat
Menurut Billy Kurniawan, mendirikan brand Janji Jiwa merupakan perwujudan passion yang ia miliki di dunia kopi Indonesia. Sebelum memulai Janji Jiwa, Billy sempat merasakan naik turun dinamika wirausaha dengan 9 bisnis lain yang sebelumnya pernah ia rintis. Belajar dari banyak kesalahan di bisnis-bisnis terdahulu, di tahun 2017-2018 Billy mulai merintis Janji Jiwa. Di tahun 2018 itu pula, layanan pesan-antar makanan secara daring dan food aggregator mulai bermunculan.
“Di tahun 2018, layanan food delivery baru menanjak, dan kita merasa ini adalah peluang pasar baru di mana konsumen akan memilih membeli produk berdasarkan reachability. Jadi opportunity dan timingnya kami rasa sangat tepat,” tutur Billy.
Selain itu, Billy juga menekankan pentingnya mengetes produk ke pasar terlebih dahulu untuk memvalidasi model bisnis yang akan dirintis. Saat baru dimulai, Kopi Janji Jiwa berusaha memenuhi permintaan produk yang diinginkan pasar (product market fit), sehingga terciptalah produk berkualitas baik dengan harga yang terjangkau, hingga memunculkan segmen pasar baru. Bahkan berkat kearifan lokal yang diusung, Janji Jiwa bisa bersaing dengan brand kopi lain yang sudah eksis lebih dulu.
Saat merintis Janji Jiwa, Billy dan tim juga tidak punya banyak modal untuk pemasaran. Strategi yang dimiliki adalah kolaborasi dan networking yang kuat; keluarga, teman, kerabat menjadi pasar yang pertama. Marketing juga diarahkan secara digital agar lebih efisien. Janji Jiwa juga menyempurnakan konsep bisnis waralaba dengan pembinaan mitra. Sehingga investasi yang didapatkan Jiwa Group justru dihasilkan dari para pemilik waralaba yang persentasenya mencapai 90% dari total outlet yang ada. Dengan terus menjaga kualitas, membina para mitra waralaba, dan SDM-nya, hingga tahun 2020, Janji Jiwa sukses memiliki 905 outlet di seluruh Indonesia.
2. Membuat Pencatatan Keuangan
Strategi kedua ini merupakan yang paling krusial jika UMKM atau bisnis apapun ingin dilirik oleh investor atau pemberi pinjaman. Menurut Wafa Taftazani, Modal Rakyat telah menyalurkan miliaran dana modal untuk banyak UMKM di Indonesia dengan syarat pencatatan keuangan yang baik dan histori keuangan yang sehat.
Modal Rakyat (modalrakyat.id) sendiri adalah marketplace dengan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang mempertemukan pendana dengan peminjam (UMKM).
“Saat mendirikan Modal Rakyat pada 2017 lalu, kita berangkat dari masalah permodalan untuk UMKM yang ternyata adalah salah satu kunci permasalahan untuk merintis atau mengekspansi bisnis di Indonesia. Impactnya cukup besar; banyak UMKM yang tidak bisa mengembangkan potensinya, atau menunda ekspansi bisnisnya,” ujar Wafa.
Dalam fase apapun bisnis pasti akan tetap membutuhkan permodalan. Secara singkat solusi permodalan yang diberikan oleh Modal Rakyat mencakup kebutuhan permodalan jangka pendek (project financing), permodalan jangka menengah dan panjang (working capital). Model bisnis Modal Rakyat yang berupa marketplace berkonsep ‘urunan’ atau konsep gotong royong (crowdfunding), sehingga semua orang bisa menjadi investor.
“Modal Rakyat mempertemukan pendana dengan peminjam, namun sebenarnya kami tidak memilih perusahaan mana yang akan didanai. Yang kami lakukan adalah menganalisa pencatatan keuangannya, mencakup cashflow, profit, aset, sampai utang. Inilah yang akan menentukan UMKM tersebut dapat live di marketplace modalrakyat.id dan bisa dipilih untuk didanai oleh investor. Untuk itu sangat ditekankan agar perusahaan memiliki laporan keuangan yang baik,” terang Wafa lebih lanjut.
Tidak hanya Modal Rakyat, pemberi pinjaman seperti perbankan pun akan selalu menanyakan pencatatan keuangan ini. Dalam standar analisa Modal Rakyat, UMKM setidaknya wajib memiliki 3 kunci pencatatan keuangan agar profilnya dapat menarik minat pemberi pinjaman:
1. Balance Sheet: Analisa total bisnis, toal aset yang dimiliki, kewajiban (liabilities) yang dimiliki, sehingga dapat dihitung berapa modal /valuasi sahamnya.
2. Income Statement: Total pendapatan (revenue) dan pengeluaran dalam periode tertentu untuk menentukan profit & loss. Jangan terpaku akan total omzet, karena yang akan dilirik oleh investor adalah profit atau margin yang didapat.
3. Cashflow Statement: menunjukkan aliran masuk dan keluar uang perusahaan.
Selain itu menurut Wafa, investor biasanya lebih tertarik pada usaha yang masih dalam tahap awal pengembangan dengan potensi growth tinggi. Artinya pemilik bisnis harus bisa menampilkan data potensi pasar; berapa banyak potensi yang sudah diserap kompetitor, sehingga bisa berapa banyak peluang yang bisa diserap perusahaan tersebut.
Per bulan Desember 2019, Modal Rakyat telah menyalurkan total lebih dari Rp 500 miliar untuk pendanaan UMKM. Selama memiliki model bisnis yang sehat, produktif dan berbadan usaha secara legal, UMKM dari latar belakang apapun dapat mendaftar menjadi peminjam.
3. Disiplin Mengelola Keuangan
Untuk membuat pencatatan keuangan yang sehat, baik Billy dan Wafa sepakat untuk jangan pernah mencampuri keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi. Caranya antara lain adalah dengan memastikan perusahaan memiliki badan usaha agar pencatatan keuangan menjadi terpusat. Kemudian jika memungkinkan, rekrutlah personil keuangan yang jujur dan dapat diandalkan. Namun sebagai pemilik usaha, pastikan Anda juga mengerti akan konsep keuangan.
Profit yang didapat harus disimpan untuk diinvestasikan kembali menjadi modal usaha (capital expenditure) agar bisnis bertumbuh dan sustainable. Di sinilah pengetahuan cashflow management menjadi sangat penting bagi pemilik bisnis. Laporan arus kas ini harus dibandingkan setiap bulannya agar pelaku usaha dapat me-review pertumbuhan bisnisnya.
Diplomat Success Challenge sebagai Solusi untuk Mendapatkan Pendanaan
Diakui oleh Wafa, selama masa krisis akibat pandemi kebutuhan pendanaan meningkat cukup pesat. Banyak usaha yang membutuhkan modal tambahan akibat situasi yang sulit. Modal Rakyat pun sangat bersyukur atas kepercayaan masyarakat ini, namun hal ini juga membuat pemilihan UMKM yang akan didanai menjadi lebih selektif agar tidak terjadi risiko gagal mengembalikan dana dalam jumlah yang besar.
Salah satu solusi lain yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha adalah mengikuti program Diplomat Success Challenge XI (DSC XI) yang menawarkan total hibah modal usaha Rp 2 miliar. Athalia Mutiara yang merupakan Co-Founder Hear Me adalah salah satu pelaku usaha yang mendapatkan modal usaha dari DSC pada tahun 2019 lalu. Hear Me adalah startup digital yang bergerak di sektor sosial yang menyediakan aplikasi translator Bahasa Isyarat (BISINDO) dengan animasi 3D pertama di Indonesia.
“Saat mengikuti DSC X di tahun 2019, Hear Me masih berupa ide dan prototype bisnis saja. Kemudian, dalam proses mengikuti DSC hingga berhasil menjadi finalis, Hear Me terus berkembang melalui sejumlah pendampingan dan mentorship yang diberikan, sehingga kini Hear Me telah berekspansi dan meluncurkan aplikasinya,” ujar Athalia.
Pendaftaran DSC XI masih terbuka lebar bagi para wirausahawan, baik yang baru memiliki ide bisnis yang masih berupa konsep, ataupun bagi bisnis yang sudah berjalan. Pendaftaran program DSC XI pada tahun 2020 ini telah dimulai sejak 19 Agustus 2020 dan batas pendaftaran ide bisnis akan berakhir di tanggal 19 Oktober 2020. Selain hibah modal usaha senilai total 2 miliar rupiah yang akan diberikan, para finalis juga berkesempatan mendapatkan pendampingan bisnis dari para mentor, serta bergabung dengan jaringan wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN). (*)
Credit: Source link