Tiga Tantangan Dalam Hadapi Ancaman Resesi Global

by

in
Tangkapan layar Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam Orasi Ilmiah: Transformasi Ekonomi melalui Hilirissi dengan Kearifan Lokal yang digelar di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com -Indonesia harus bisa menaklukkan tiga tantangan dalam menghadapi ancaman resesi global yang bakal menghantui dunia pada tahun 2023 mendatang. Demikian penilaian Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam Orasi Ilmiah: Transformasi Ekonomi melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang digelar di Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/10).

Bahlil mengatakan, ketiga tantangan terkait bidang investasi yaitu soal kestabilan politik, konsistensi kebijakan serta daya beli masyarakat. “Investasi itu akan masuk dengan tiga kriteria, pertama, stabilitas politik,” katanya dikutip dari kantor berita Antara.

Bahlil menjelaskan, Indonesia akan mulai memasuki tahun Pemilu sehingga penting untuk memastikan stabilitas politik terjaga dengan baik agar kepercayaan investor ikut terjaga.

Ia mengutip pernyataan Chairman of the Board and CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson dalam acara yang sama, di mana Amerika Serikat pada awal pandemi mengalami gejolak politik karena peralihan kepemimpinan. “Dampaknya ada pada arah kebijakan negara dan hari ini terjadi defisit pertumbuhan bagi mereka. Indonesia sebentar lagi akan masuk tahun Pemilu. Kalau kita tidak hati-hati, bukan tidak mungkin akan mengalami hal serupa,” kata Bahlil.

Tantangan selanjutnya yakni soal keberlangsungan dan konsistensi pejabat yang ada. “Jangan ganti pemimpin, ganti kebijakan. Orang tidak akan percaya,” imbuh Bahlil.

Tantangan terakhir, yaitu daya beli masyarakat yang disebutnya bakal menurun karena banyak orang menahan uang mereka. “Ini yang kemudian jadi persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Tahun 2022 saya optimis. Tapi 2023 dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengatakan penuh dengan kehati-hatian. Pertanyaannya sekarang apakah kita kepingin untuk selamat dari jurang yang sudah kita lihat atau kita sengaja menjerumuskan diri,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner OJK yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin, menyebutkan resesi ekonomi global hampir pasti akan terjadi setidaknya di tahun 2023 atau bahkan bisa lebih cepat. “Namun yang memang belum bisa diperkirakan dengan baik adalah kondisi resesinya akan seberapa berat dan seberapa lama,” ucap Mahendra.

Kendati begitu di sisi lain, ia menyatakan ekonomi Indonesia pada tahun ini dan tahun depan akan tetap tumbuh dalam perkiraan di atas level 5 persen. (Kmb/Balipost)

 

Credit: Source link