indopos.co.id – Penyelenggaraan API yang telah memasuki tahun ke-7 tak terlepas dari dukungan para Alumninya yang tergabung dalam Organisasi Perkumpulan Perempuan Pemimpin Indonesia.
PPPI didirikan oleh 4 Sekawan Ibu-ibu Pendiri dan Dewan Juri API yaitu RAy. Hj. Irlisa Rachmadiana, SSN, MM, Endraswari Safitri, DR. Dewi Hanggraeni, SE, MBA, CA., CACP., Angelica Tengker, S.Psi.
Pada Laporannya siang ini, Ketua Pendiri PPPI Ray.Hj.Irlisa Rachmadianan menyampaikan bahwa “PPPI telah didirikan 1 (satu) tahun lalu, tepatnya pada hari Senin, 09-09-2019, pukul 09.09 WIB di Jakarta, Perkumpulan Perempuan Pemimpin Indonesia (PPPI) aktif memperjuangkan Partisipasi Perempuan dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan. Hal ini merupakan perwujudan atas prinsip-prinsip Kesetaraan, Kadilan dan Demokrasi serta merupakan kondisi esensial bagi terwujudnya masyarakat yang Demokratis, Sejahtera, Beradab dan Berkeadilan Gender serta dapat dipertanggungjawabkan Legitimasi, Transparansi dan Akuntabilitasnya.
Lebih dari itu, dalam acara ulang tahun pertama dari PPPI beberapa waktu lalu, organisasi ini resmi menjadi mitra dari Kementerian PPPA untuk bersama saling Sinergi memajukan Perempuan Indonesia dalam bidang Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan Budaya.
PPPI memiliki Visi terwujudnya Perempuan Pemimpin Global dari Alumni Anugerah Perempuan Indonesia (API) beserta Mitranya di bidang Pendidikan, Kepemimpinan, Sosial, Budaya, Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan khususnya Peduli Perempuan & Anak Republik Indonesia.
“Saya berharap Perempuan Pemimpin Indonesia khususnya penerima penghargaan API-VII-2020, kali ini juga bisa menginspirasi jejak Khadijah istri Rosullallah. Artinya ada keseimbangan antara menjalankan usaha dengan mengurus rumah tangga, tanpa ada sisi yang dikorbankan. Kaum perempuan harus cerdas, kritis dan mandiri. Karena itu merupakan hak kita sebagai Perempuan,” jelas Dewi Motik.
Ia pun menambahkan dibalik suksesnya Perempuan wanita sangat signifikan untuk kemajuan negara dalam arti makro. Dalam arti mikro, dukungan istri terhadap suami menjadi “pendorong” harmonisasi keluarganya. “Kita tak usah pilih-pilih, selama itu membuat orang senang, membuat karya untuk orang banyak, dan penyerapan tenaga kerja itu sesuatu yang harus dilaksanakan terus menerus. Jadi hidup itu soal berpikir apa yang harus saya buat. Tidak boleh tidak, kita harus berkarya nyata setiap saat setiap waktu sehingga apa yang kita buat itu dirasakan oleh orang banyak,” tegasnya. (mdo)
Credit: Source link