KPCDI (Komunitas Psien Cuci Darah Indonesia)
Jakarta – “Kecepatan cairan keluar dari tubuh saat hemodialisa tidak boleh melebihi 10 ml/kg/jam. Bila di atas itu, menurut penelitian yang ada, angka kesempatan hidupnya buruk. Bila seorang pasien cuci darah dengan berat badan kering 50 kg, maksimal setiap jamnya hanya boleh ditarik 500 ml,” ujar dr Prigodigdo Nugroho, SpPD-KGH.
Pernyataan dokter berusia muda itu, disampaikan dalam Seminar Awam, mengambil tema “Tingkat Kematian Pasien Cuci Darah Karena Kelebihan Cairan”. Acara itu merupakan bagian dari acara halal bihalal yang diselenggarkan oleh KPCDI (Komunitas Psien Cuci Darah Indonesia), Minggu (16/7/2017), di Hotel Jusenny, Blok S, Jakarta Selatan. Selain seminar awam, acara halal bihalal tersebut juga menyelenggarakan talk show, yang menampilkan nara sumber dari pasien dan pendamping, yang kisahnya sangat inspiratif.
Lebih jauh lagi, dokter yang berpraktek di Poli Ginjal Hipertensi RS Siloam Asri Duren Tiga, menjelaskan kenaikan antar hemodialisa tidak boleh lebih dari 5% dari berat kering. “ Kalau Anda pasien cuci darah dengan berat kering 50 kg, kenaikan antar proses hemodilaisa satu ke berikutnya, maksimal kenaikan cairan dalam tubuhnya hanya 2,5 kg. Sedangkan, jika berat keringnya 90 kg, kenaikan cairan masih bisa 4,5 kg,” jelasnya.
Dokter Konsulen Ginjal Hipertensi itu, yang juga dosen pengajar di Fakultas Kedokteran UI di RSCM ini, mengingatkan bila kenaikan cairan lebih dari 5% dari berat kering, bahkan dua kali lipatnya, berarti tingkat resiko kematiannya lebih tinggi dua kali lipat. “Selain kenaikan cairan, yang perlu diperhatikan adalah lamanya proses hemodialisa (hd). Semakin lama hd, kecepatan cairan keluar dari tubuh semakin lebih lambat. Maka cuci darah lah 5 jam, itu lebih baik dari hanya 4 jam,” tegasnya
Kenaikan cairan itu, menurut mahasiswa Kedokteran UI angkatan ’92 ini, dipengaruhi rasa haus. Rasa haus bisa karena melakukan aktivitas. Bisa juga karena penderita diabetes. “Jika kandungan glukosa dalam darah meningkat, akan mendorong rasa haus. Atau juga karena meningkatanya kadar kelarutan dalam cairan, seperti meningkatnya asupan garam atau natrium. Asupan garam meningkat akan memerintahkan otak untuk muncul rasa haus. Karena ginjalnya sudah tidak bisa membuang air melalui kencing, cairan akan meningkat dalam tubuh,” jelasnya lagi.
Dokter Pringgo mengingatkan, bahwa kenaikan cairan juga akan meningkatkan tensi. Bila tensi tinggi diberi obat masih tetap tinggi, berarti hemodialisanya belum adekuasi, atau berat kering belum tercapai. “Yang perlu diwaspadai justru bila kenaikan cairan tinggi tetapi justru tensi rendah. Itu artinya, jantung mengalami masalah, dan sudah tidak sempurna memompa darah,” pungkasnya.*
TAGS : Cuci darah kpcdi gagal ginjal
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/18937/Waspadalah-Pasien-Cuci-Darah-Jangan-Kelebihan-Cairan/