JawaPos.com – Dira Sugandi memerankan karakter Emiria Soenassa dalam pementasan monolog mengusung tajuk ‘Yang Tertinggal Di Jakarta’ pada Sabtu dan Minggu (2- 3 Juli 2022) di teater kecil Taman Ismail Marzuki Cikini Jakarta.
Penampilan Dira Sugandi di pentas teater tampak berbeda sekali ketika ia berada di atas panggung sebagai penyanyi. Dia tidak seperti Dira biasanya namun berhasil masuk ke dalam karakter.
Dira Sugandi mengatakan, butuh waktu dan latihan yang serius serta terbuka untuk menerima setiap masukan supaya dia bisa memerankan karakter Emiria Soenassa dengan baik di atas panggung. Meski sama-sama berada di atas panggung, dia merasa bermain musik dan teater sama sekali berbeda.
“Tantangannya beda sekali dengan menyanyi. Kalau nyanyi kan saya menjadi diri saya sendiri, di teater saya harus menghidupkan karakter,” kata Dira Sugandi dalam jumpa pers di bilangan Cikini Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.
Emiria Soenassa merupakan perempuan pelukis pertama di Indonesia yang hidup di tahun 1895-1964. Ia mulai melukis ketika berusia 45 tahun. Dia sangat produktif dalam menghasilkan karya.
Heidi Arbuckle dalam penelitiannya tentang Emiria untuk tesis doktoral menggambarkan, lukisan-lukisan Emiria merepresentasikan penolakan terhadap pandangan maskulin. Emiria tidak melukis perempuan sebagai gambaran atau obyek yang indah dan enak dipandang. Dia fokus kepada persoalan yang dihadapi perempuan dan tentang sehari-hari, seperti himpitan akan budaya patriarki, keterasingan, hingga kemerdekaan atas tubuhnya sendiri.
Emiria Soenassa tergabung dalam organisasi Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang para anggotanya lebih banyak kaum adam. Dia pun sempat mengikuti sejumlah pameran seni lukis dan memenangkan beberapa penghargaan.
Selain melukis, Emiria juga dikenal sebagai seorang pemikir revolusioner. Tahun 1949, dia menjadi salah satu delegasi menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia dalam majalah Perintis menyebut Emiria sebagai perintis dan mensejajarkannya dengan Chairil Anwar dan Kartini.
Dia Sugandi dalam pentas monolog Yang Tertinggal Di Jakarta berhasil memberikan penggambaran dengan cukup terkait kegelisahan dan pikiran pikiran Emiria.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Abdul Rahman
Credit: Source link