JawaPos.com – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi mendapat tekanan hari ini karena kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini rupiah berada di level Rp 14.080 per dolar AS.
Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang memberi tekanan pada rupiah disebabkan oleh ekspektasi perubahan kebijakan moneter di AS.
“Nilai tukar rupiah berpeluang mendapat tekanan hari ini dengan terus naiknya Pagi ini, yield tenor 10 tahun terlihat menembus ke atas kisaran 1,67 persen. Ini level tertinggi sejak 20 Mei 2021,” ujarnya kepada JawaPos.com, Kamis (21/10).
Selain itu, lanjutnya, fokus pasar terhadap kenaikan inflasi di dunia dan juga di AS belakangan ini karena krisis energi, menahan yield obligasi AS di level tinggi. Inflasi yang terus naik, bisa mendorong bank-bank sentral mengubah kebijakannya menjadi lebih ketat, seperti yang sudah dilakukan Bank Sentral Selandia Baru dan Korea Selatan.
“Bank-bank sentral lainnya kemungkinan menyusul seperti bank sentral AS, Inggri, dan Eropa,” ucapnya.
Namun di sisi lain, peluang penguatan rupiah masih terbuka hari ini karena didukung oleh kenaikan harga komoditi terutama tambang yang menjadi andalan ekspor Indonesia. Selain itu, sentimen pasar terhadap aset risiko belum pudar dengan didukung oleh laporan pendapatan perusahaan yang membaik di masa pandemi.
“Rupiah berpotensi bergerak melemah ke kisaran 14.100, sementara potensi penguatan ke kisaran 14.050,” pungkasnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link