Tradisi Dzikir Ratib Tegak atau Ratib Saman di masjid Keramat Pulau Tengah
Jambi – Tradisi dzikir Ratib Saman atay Ratib Tegak, adalah satu tradisi dzikir yang biasa dilakukan oleh sebagian umat muslim di Kerinci, Jambi. Tradisi ini ternyata sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Disebut ratib tegak karena dzikir dilakukan sambil berdiri.
Dalil Dzikir itu sendiri dikutip dari sebuah ayat al-qur`an, surat Ali-Imran ayat 191 yang artinya, “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Menurut keterangan yang dihimpun dari Indonesia heritage, sebelum pembangunan masjid Keramat di Pulau Tengah dilakukan, tiang-tiang masjid yang berukuran besar itu dishalat dan dzikirkan, dengan maksud agar pembangunannya berjalan lancar.
Ratib Saman dikembangkan dan diamalkan pertama kali oleh ulama tarekat terkemuka keturunan nabi Muhammad SAW, sekaligus penjaga makan Rasulullah SAW, yang bernama Syeikh Muhammad Saman Al-Madani. Indonesia heritage melansir, nama lengkap beliau adalah Gauts Zaman Al-Waly Qutbil Akwan Syeikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samman al-Madani. Dia merupakan, salah seorang keturunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Sayyidina Muhammad.
Beliau lahir di kota Madinah pada tahun 1132 H / bertepatan tahun 1718 M. Dan wafat pada Rabu 02 Dzulhijjah 1189 H dan dimakamkan di Baqi’. Beliau juga merupakan pendiri Tarikat Samaniyyah, sekaligus sebagai penjaga Makam Rasulullah Saw
Namun dzikir ini dipopulerkan di Pulau Tengah oleh Syeikh Qulhu. Disebut demikian, karena ulama tersebut selalu mengamalkan surat Qulhu atau Al-Ikhlas. Selain dikenal dengan sebutan Syeikh Qulhu, beliau juda dikenal dengan nama Syeikh Kuat, hal ini dikarenakan beliau terkenal memiliki kekuatan zahir, dan batin diatas rata-rata manusia normal.
Tahun 1697 M, Syeikh QUlhu kembali ke kampung halamannya di Pulau Tengah, setelah merantau untuk mendalami ilmu-ilmu Islam dair para Sunan-sunan di tanah Jawa. Saat kembali itulah beliau melakukan dakwah untuk menyempurnakan agama para penduduk di daerahnya, sekaligus mengajarkan sebuah dzikir dalam bentuk berdiri.
Pada tahun 1785M, pembangunan masjid Keramat rampung dilakukan, dan mulai ddigunakan untuk kegiatan ibadah. Di tahun yang sama, kedua anak Syeikh Qulhu, yakni H. Rateh dan H. Raha, kembali dari kota Mekkah, setelah menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu di sana.
Kedua putranya itu adalah orang pertama yang berguru pada Syeikh Muhamamd Saman. Setelah kembali, mereka menyempurnakan bacaan dalam Ratib Tegak dengan memperbanyak kalimat dzikir lain. Selain itu, keduanya juga mulai menyebarkan Tarikat Saman di Pulau Tengah.
Sejak itulah Ratib Tegak juga terkenal dengan sebutan Ratib Saman, karena pada salah satu bacaan dzikir itu terdapat ungkapan yang berbunyi “Badat Ya Syaikh 3X, Samman Aulia’Allah”, atau “Bersiap-siaplah wahai Syeikh 3X, Samman Aulia’Allah.”
Jadi tradisi dzikir Ratib Tegak atau Ratib Saman ini berkaitan erat dengan pembangunan Masjid Keramat Pulau Tengah, Jambi, Sumatra Tengah.
TAGS : Agama Budaya Islam Ratib Tegak Ratib Saman
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/17711/Yuk-Kenali-Tradisi-Dzikir-Ratib-Saman-Asal-Tanah-Sumatra/