Yura Yunita pernah mengalami fase-fase tersulit dalam hidup. Kemarahan, tidak percaya diri, keresahan, ketidaknyamanan, kekecewaan, dan penolakan karena dinilai tidak cantik rupanya pernah menjadi luka batin bagi solois berdarah Sunda tersebut. Sekian lama merahasiakan itu, Yura akhirnya merengkuh ketidaksempurnaan dan segala perasaannya.
—
Berbagai perasaan dan fase hidup dituangkan Yura dalam album terbarunya, Tutur Batin, yang dirilis Oktober lalu. Mulai dari perasaan denial yang dicurahkan di Sudut Memori. Kemarahan dituangkan dalam Mau ke Mana. Perasaan protes pada Tutur Batin. Momen berandai-andai tentang keputusan yang diambil di masa lalu ada dalam Andai Saja. Kemudian, fase penerimaan diceritakan dalam Tenang.
Jawa Pos berkesempatan ngobrol dengan penyanyi bernama lengkap Yunita Rachman itu tentang perjalanannya menerima diri setelah tampil di festival musik Joyland di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/3) lalu.
Apa yang ingin Yura sampaikan dari hati lewat album dan lagu Tutur Batin?
Kadang dalam hidup kita selalu ngerasa kurang, nggak cukup, atau nggak sempurna dalam segala hal. Mau sejauh apa pun mencari kesempurnaan sampai ke ujung dunia, nggak akan ada habisnya. Aku belajar menerima hal-hal itu dan akhirnya bisa belajar untuk menerima diri seutuhnya, lalu merayakannya.
Credit: Source link