DENPASAR, BALIPOST.com – Bali mengalami pertumbuhan -12,28 persen pada triwulan III 2020. Terburuk dibandingkan daerah lainnya secara nasional.
Kepala Badan Pusat Statisik Bali Hanif Yahya mengatakan, kondisi ekonomi Bali berdasarkan data BPS mengalami kontraksi, terutama disebabkan lapangan usaha akomodasi, makanan dan minuman (akmamin). “Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan PMTB maupun ekspor luar negeri masih mencatat pertumbuhan positif,” ujar Hanif Yahya pada Focus Group Discussion (FGD) Tanggap Covid-19 di Warung 63 Denpasar, Rabu (23/12).
Menurut Hanif Yahya, ketergantungan terhadap pariwisata yang berdampak pada anjloknya ekonomi Bali tidak bisa dihilangkan, karena Bali sudah identik dengan ekonomi pariwisata. Oleh karena itu, pariwisata harus dipertahankan. Namun harus ada pengembangan-pengembangan yang lebih tajam dan realistis terkait dengan usaha pariwisata ini.
“Tidak hanya banyak kunjungan, sedangkan devisa yang masuk sedikit. Lebih baik kunjungan sedikit tapi devisa yang masuk banyak,’’ katanya mengingatkan.
Hanif Yahya menegaskan, Bali tidak boleh hanya mengandalkan pariwisata tetapi harus ada juga sektor lain yang mendukung pariwisata. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian pada triwulan III 2020 memberikan kontribusi sangat besar karena pariwisata anjlok.
Pada triwulan III 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang paling tinggi sejak 2014. “Ini menjadi peluang masyarakat Bali untuk bisa mengembangkan potensi pertanian. Selain pertanian, ada lapangan usaha yang pertumbuhannya relatif stabil yaitu informatika dan komunikasi, sehingga potensi ini harus diberdayakan,” ujarnya.
Ia berharap tahun 2021 kondisi Bali sudah mulai pulih. Hal ini diyakini dari sisi pengeluaran pemerintah dengan adanya instruksi dari Presiden bahwa pengadaan-pengadaan barang dan jasa sudah mulai dianggarkan dan pada Januari 2021 sudah bisa direalisasikan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, kondisi ekonomi yang terpuruk tidak hanya terjadi di Bali, tetapi juga di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Di Eropa, Amerika, dan Asia juga menunjukkan model yang sama.
Bahkan, proyeksi World Bank tahun 2020, pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh -3,8 persen. “Thailand yang sumbangan pariwisatanya sebesar 15 persen terhadap PDRB saja susah bangkitnya, apalagi Bali,”’ ujarnya.
Trisno Nugroho menegaskan, sektor pertanian menjadi hal yang perlu didorong. Ia meyakini, pada 2021 mendatang ekonomi Bali akan mengalami perbaikan. Karena secara qtq tahun 2020 yaitu triwulan II dan III sudah menunjukkan kenaikan yang cukup lumayan, sehingga bottom line sudah terlewati. “Sejak 31 Juli mulai ada kenaikan kunjungan dari 2.500 orang, 5.000 orang bahkan 13.000 orang. Kunjungan lewat Gilimanuk juga bertambah,” katanya memaparkan.
Menurut Trisno Nugroho, indikator kebangkitan ekonomi Bali juga terlihat dari pengadaan sudah mulai meningkat jika dilihat dari indikator PMI (purchasing manager index). Di China dan Amerika juga sudah mulai bangkit, bahkan China telah mencatatkan pertumbuhan positif. “Di Indonesia, PMI juga sudah mulai naik karena pemesanan dari China sudah mulai banyak. Dengan bersinergi membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional, termasuk ekonomi Bali, saya yakin ekonomi Bali akan segera pulih,” tegasnya.
Sementara itu, akademisi dari Undiknas Prof. I.B. Raka Suardhana mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2021 diyakini positif. Karena perbandingannya adalah 2020 yang menunjukkan pertumbuhan yang negatif.
Meski triwulan I 2021 akan terkoreksi sedikit dengan adanya pengetatan kunjungan ke Bali, namun akan mampu mengendalikan penyebaran COVID-19 lebih luas di Bali. (Citta Maya/balipost)
Credit: Source link