9 dari 10 Ibu Rumah Tangga Terdampak Pandemi, Mayoritas Masalah Uang

JawaPos.com – Tak bisa dipungkiri, siapapun pasti terdampak oleh pandemi Covid-19. Termasuk ibu rumah tangga.

Dalam survei bertajuk ‘Dampak Pandemi Terhadap Kondisi Kesehatan Mental‘ yang dilakukan Teman Bumil dan Populix pada pertengahan Oktober 2020 lalu menyebutkan bahwa 9 dari 10 (91 persen) ibu rumah tangga yang mengikuti survei mengaku terdampak Covid-19. Ada sebanyak 1.230 orang ikut berpartisipasi, namun hanya 1.192 yang masuk kriteria untuk dianalisis.

Mayoritas adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan 1-2 anak (54 persen) diikuti sudah menikah namun belum punya anak (43 persen). Sebanyak 643 orang (60 persen) mengalami masalah terbesar di sektor keuangan, 37 persen di sektor kesehatan terkait kecemasan terhadap Covid-19, dan hanya 3 persen ibu rumah tangga yang bermasalah dengan pendidikan jarak jauh untuk anak-anaknya.

Penyebab kesulitan keuangan ternyata berbeda, tergantung kelompok sosial ekonomi dan wilayah domisili. Korban pemotongan gaji, lebih banyak dialami oleh responden kelas menengah ke atas. Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah, rata-rata menjadi korban PHK dan lebih sulit mencari pekerjaan.

Responden yang mengalami masalah keuangan akibat usaha sepi pembeli mayoritas tinggal di Bandung (45 persen). Kemungkinan, hal ini disebabkan turunnya jumah wisatawan yang signifikan karena Bandung adalah tujuan wisata akhir pekan bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Masalah keuangan yang morat marit tentu membuat masyarakat mengalami stres. Sebanyak 56 persen responden mengaku stres dengan kondisi ini, bahkan sebagian (25 persen) memengaruhi hubungannya dengan pasangan.

Gejala stres yang dialami antara lain cemas (29 persen), sulit tidur (18 persen), mudah marah (17 persen) dan kehilangan minat untuk mengerjakan apapun. Sayangnya, tidak ada responden yang mencoba mencari bantuan ke profesional seperti dokter atau psikolog. Mereka cenderung pasrah dan berserah diri (63 persen) atau minta dukungan ke suami (19 persen). Ibu rumah tangga lainnya mencoba mencari kesenangan dan hiburan diri sendiri (8 persen).

Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengatakan sektor keuangan memang menjadi aspek penting dalam keluarga. Semua masalah di keluarga bisa selalu berujung pada masalah keuangan. Di era pandemi ini contohnya. Saat ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis, sektor keuangan pasti akan terdampak akibat biaya ekstra ke rumah sakit atau melakukan tes swab.

“Awalnya mungkin hanya masalah kesehatan, namun berujung pada keuangan karena yang bersangkutan harus tetap bekerja demi merawat anggota keluarga yang sakit. Bisa muncul pula ketegangan dengan pasangan karena kelelahan mengurus keluarga yang sakit,” jelasnya.

Namun, lanjut Nina, sapaannya, untungnya pelan-pelan masyarakat menjadi terbiasa dengan kondisi sulit akibat pandemi, dan mulai menunjukkan tanda-tanda bertahan. “Kita bisa melihat komunitas-komunitas yang saling membeli dari usaha temannya. Model kehidupan seperti ini membantu menyelamatkan mereka dari krisis dan ini harus dipertahankan,” jelasnya.

Dari survei Teman Bumil dan Populix terlihat bahwa sebagian kecil mulai membuka usaha kecil-kecilan (27 persen) untuk keluar dari kesulitan keuangan. Meskipun sebagian besar masih mengandalkan tabungan pribadi (45 persen).

Perencana Keuangan Keluarga Rista Zwestika menjelaskan, pandemi Covid-19 ini membuktikan bahwa sebagian masyarakat kita belum melek finansial. “Sebagian besar tidak pernah menganggarkan dana darurat. Padahal saat terjadi kehilangan pekerjaan, dana darurat bisa menjadi penolong,” jelasnya.

Idealnya, dana darurat yang harus dipersiapkan adalah minimal 6 kali pengeluaran bulanan bagi yang lajang, 9 kali penghasilan jika menikah tanpa anak, 12 kali jika memiliki anak 1, dan seterusnya.

Selain masalah keuangan, masalah terbesar kedua yang dialami para ibu rumah tangga dalam survei adalah kecemasan akan Covid-19 yakni sebesar 37 persen. Hasil menunjukkan 2 dari 10 ibu rumah tangga mengaku masih cemas dengan berita tentang Covid-19 yang mereka baca dari media sosial atau berita di intenet.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Marieska Harya Virdhani


Credit: Source link