BI Prediksi Inflasi Inti 2023 Bakal Lebih Rendah Dibanding Tahun 2022

BI Prediksi Inflasi Inti 2023 Bakal Lebih Rendah Dibanding Tahun 2022

JawaPos.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pada tahun 2023 angka inflasi Indonesia akan lebih rendah dibandingkan pada tahun 2022. Dalam hal ini, BI meyakini inflasi inti akan tetap berada dalam kisaran 2-4 persen persen pada semester I 2023.

Sementara itu, lanjut Perry, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 2-4 persen pada semester II 2023. Pernyataan ini disampaikannya pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang telah digelar selama dua hari, yakni Rabu-Kamis, 18-19 Januari 2023.

“Kami perkirakan inflasi inti pada Semester I 2023 akan lebih rendah dari 4 persen bahkan perkiraan kami tidak akan lebih tinggi dari 3,7 persen,” kata Perry Warjiyo di kantornya, Kamis (19/1).

Ia menjelaskan, inflasi IHK pada akhir 2022 tercatat sebesar 5,51 persen secara tahunan atau Year-on-Year (YoY). Angka tersebut tercatat jauh lebih rendah dari prakiraan sesuai dengan Consensus Forecast 6,5 persen (YoY) pasca penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022.

Demikian juga inflasi inti yang tercatat rendah pada akhir 2022 yaitu sebesar 3,36 persen (YoY) jauh lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia sebesar 4,61 persen (YoY).

“Penurunan inflasi IHK dan inti tersebut sebagai hasil koordinasi yang sangat erat antara Pemerintah dan Bank Indonesia melalui respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking,” jelas Perry.

Selain itu, inflasi yang turun juga didukung oleh keberhasilan pengendalian inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Meski diyakini akan turun, BI memastikan akan terus memperkuat respons kebijakan moneter serta berkoordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2022 sebesar 0,66 persen secara bulanan atau month-to-month (MtM) dan tahunan mencapai 5,51 persen year-on-year (YoY). Ini terjadi karena ada peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari angka 107,66 pada Desember 2021 menjadi 113,59 pada Desember 2022.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, inflasi tahunan terbesar terjadi dari kelompok transportasi yaitu 15,26 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 1,84 persen.

“Komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara YoY diantaranya adalah dari komoditas bensin, kemudian bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan beras, rokok kretek filter. Kemudian telur ayam ras dan biaya kontrak rumah,” kata Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/1).

Adapun andil masing-masing penyumbang utama inflasi tahunan sebesar 1,15 persen komoditas bensin, 0,30 persen bahan bakar rumah tangga, dan 0,27 persen tarif angkutan udara.

 

 

Editor : Mohamad Nur Asikin


Credit: Source link

Related Articles