JawaPos.com–Wakil Ketua INDEF Eko Listyo meyakini target investasi pemerintah lewat Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia Rp 1.400 triliun pada 2023 akan terealisasi, meski kondisi ekonomi global sedang mengalami goncangan.
Salah satu alasan akan terealisasi target investasi Menteri Bahlil adalah sudah melonggarnya realisasi ekonomi Tiongkok, setelah melewati fase bahaya Covid-19. Tiongkok menjadi negara yang membutuhkan pasokan ekspor Indonesia, serta membuka kembali peluang berinvestasi di Indonesia.
”Jadi, ini memang target yang cukup menantang. Bagi BKPM terutama, kalau melihat perkembangan terbaru ekonomi terutama relaksasi ekonomi Tiongkok yang sudah mulai melonggarkan kebijakan untuk Covid-19-nya, ini sebenarnya berita baik untuk investasi di Indonesia,” kata Eko kepada wartawan, Sabtu (21/1).
Meski target investasi pemerintah pada 2023 sangat tinggi, menyentuh angka Rp 1.400 triliun, melonjak tinggi dari tahun lalu Rp 1.200 triliun. Namun, target pemerintah itu terbuka lebar dengan kemungkinan permintaan dari Tiongkok akan meningkat kembali. Artinya, itu akan mendorong industri digital khususnya di sektor pertambangan.
”Kemungkinan akan kembali menjadi daya pikat untuk peningkatan investasi. Ini memang tidak mudah target ini, tapi masih optimistis ini bisa dicapai oleh BKPM. Karena, ada secercah harapan ekonomi itu Tiongkok lebih cepat untuk membuka kembali kebijakan lockdown, dan itu lebih cepat dari perkiraan. Indonesia sendiri sebetulnya termasuk yang ekonominya dinilai cukup baik di ASEAN,” ucap Eko.
Menurut Eko Listyo, ada beberapa sektor komoditas Indonesia yang menjadi target investasi pengusaha luar, yakni pertambangan, pertanian hingga pariwisata. Sektor-sektor itu, kata Eko, menjadi kebutuhan utama negara-negara di dunia, hingga target investasi pemerintah bisa tercapai tahun ini.
”Biasanya komoditas yang akan tetap menjadi primadona. Terus, pertambangan, yang lainnya kita sebetulnya dari sisi pariwisata, termasuk yang mulai pulih lagi. Itu yang mungkin akan mengikat. Seperti industri makanan dan minuman, terus restoran, itu akan mulai bangkit lagi di mana situasi pandeminya berakhir,” ujar Eko.
Pengamat ekonomi itu pun sepakat dengan arahan Menteri Bahlil agar semua pihak menjaga stabilitas keamanan dan politik demi pertumbuhan investasi di tahun-tahun politik. ”Saya sepakat dengan Pak Menteri bahwa syaratnya adalah stabilitas keamanan. Karena kan ini tahun politik, kalau keamanannya tidak terjaga, nah itu sangat terpengaruh tuh terhadap investasi,” jelas Eko.
”Tapi kalau itu sudah bisa dijaga, itu sekaligus menjadi daya tarik. Ternyata Indonesia negara demokrasi terbesar di dunia itu mampu menyelenggarakan pemilu dengan damai dengan aman. Tidak adanya masalah jelang Pemilu juga menjadi marketing buat investor,” sambung dia.
Lebih jauh Eko Listyo, stabilitas keamanan menjadi sangat penting dan krusial buat investor untuk memutuskan berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, di tahun politik stabilitas keamanan sulit terjaga, hingga perlu kerja keras para satgas keamanan untuk memastikan Indonesia aman di tahun politik.
”Faktor stabilitas keamanan itu yang paling krusial. Karena di tahun politik kalau satgas keamanan terjaga, itu sekaligus menjadi branding kita, menjadi faktor yang bisa mengikat investor. Karena kan kita negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, kalau bisa menyelenggarakan pemilu dengan damai itu sebetulnya menjadi catatan positif bagi investor. Biasanya, setelah pemilu naik itu biaya investasi,” ungkap Eko.
Eko Listyo pun mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini masih cukup baik, target pemerintah itu bisa terealisasi tanpa harus mengejar investasi dari asing.
”Investor asing ini kan lagi lesu, Amerika, Tiongkok, Eropa. Apa yang bisa dilakukan, perbanyak promosinya ke dalam negeri. Karena sebenarnya banyak juga pengusaha dalam negeri yang uangnya juga banyak. Daripada uangnya cuma ditaruh di Singapura, dibungain, mending bagaimana caranya supaya PMG-nya bisa lebih besar lagi,” ucap Eko.
Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Credit: Source link