JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Posisi tersebut dinilai masih memadai untuk memastikan inflasi inti dan indeks harga konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran kisaran 3 persen pada semester II 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, 2,3 persen. Hal itu didorong kinerja Tiongkok yang berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat. Sejalan dengan pembukaan kawasan dan pasca penghapusan zero covid policy.
“Ekonomi Tiongkok kami revisi ke atas. Dari semula 4,6 persen, bisa naik 5,1 persen. Sebaliknya, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi,” kata Perry seusai rapat dewan gubernur (RDG) Kamis (16/2).
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi. Didorong kenaikan ekspor serta semakin membaiknya permintaan domestik, khususnya konsumsi swasta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2022 tercatat tinggi sebesar 5,01 persen year-on-year (YoY). Secara keseluruhan tahun, tumbuh 5,31 persen YoY.
Untuk 2023, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5–5,3 persen. Motor penggerak ekonomi, yakni kinerja ekspor, berpotensi lebih tinggi imbas positif perbaikan ekonomi Tiongkok. Ditambah meningkatnya konsumsi rumah tangga.
“Konsumsi rumah tangga lebih cepat pasca pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) serta keyakinan dari konsumen. Investasi juga membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk penanaman modal asing (PMA), serta penyelesaian proyek strategis nasional (PSN) yang berlanjut,” bebernya.
Terpisah, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan, kebijakan BI untuk menahan suku bunga BI7DRR telah diantisipasi industri. Termasuk perbankan. Keputusan tersebut merupakan langkah lanjutan front loaded, preemptive, dan forward looking bank sentral. Dalam rangka memastikan inflasi inti dan memperkuat stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Merespons kebijakan tersebut, Bank Mandiri telah dan akan secara terukur menyesuaikan tingkat suku bunga simpanan. Dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, kondisi pasar, serta dampak terhadap suku bunga kredit.
BAURAN KEBIJAKAN BI
– Memperkuat operasi moneter
– Intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), serta pembelian/penjualan surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder
– Implementasi instrumen operasi moneter valas devisa hasil ekspor (DHE)
– Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK)
– Digitalisasi sistem pembayaran melalui perluasan QRIS dan BI-FAST
– Memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya
Sumber: Rapat Dewan Gubernur BI
Editor : Estu Suryowati
Reporter : (han/dee/c12/dio)
Credit: Source link