Wanto Sugito, Ketua DPC PDIP Tangsel
Jakarta, Jurnas.com – Pernyataan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bahwa RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) memuat nuansa ajaran sekularistik dan ateistik direspon keras oleh Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan Wanto Sugito.
Pria yang akrab disapa Klutuk ini pun meninta AHY banyak-banyak membaca buku sejarah dan mengikuti kursus politik.
Pernyataan AHY sendiri disandarkan pada pasal 7 ayat (2) dalam rancangan tertuang bunyi ciri pokok Pancasila berupa Trisila, yaitu Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, dan Ketuhanan.
Nah, kata Klutuk, ketuhanan yang dimaksudkan Bung Karno adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan yang tidak ada egoisme agama. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, atau ketuhanan yang berkebudayaan. RUU HIP sendiri adalah inisiatif DPR RI.
“Demokrat tidak mengikuti seluruh pembahasan RUU di DPR, dan memilih menarik diri. Gaji DPR diterima, tetapi kerjaan tidak. Jadi sebelum berkomentar, sebaiknya Mas AHY baca seluruh risalah sidang BPUPK termasuk pidato Bung Karno,” ujar Wanto Sugito.
Mantan aktivis 98 UIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini meyakini, AHY kemungkinan tidak memahami atau tidak mengerti sejarah bahwa apa yang disampaikan Bung Karno saat itu adalah usulan, dan akhirnya Pancasila diterima sebagai dasar negara.
Hal itu, lanjutnya, terjadi setelah melalui pembahasan di Panitia Sembilan, menghasilkan Piagam Jakarta, dan Sidang PPKI yang menghasilkan rumusan final. Semua tahapan tersebut dipimpin oleh Bung Karno.
Dalam kesempatan itu, di depan sidang BPUPKI yang dipimpin Dr Radjiman Wedyodiningrat, Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai konsep dasar negara Indonesia jika merdeka.
Dalam pidatonya kembali, Bung Karno menawarkan jika hadirin tidak suka akan bilangan lima itu, saya boleh peras menjadi tiga saja yakni, sosio nasionalisme, sosio demokrasi dan ketuhanan.
Dijelaskan Klutuk, Bung Karno kembali menawarkan, jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu gotong royong.
Klutuk mempertanyakan, apa yang dimaksud sekularistik dan ateistik oleh AHY, terkait perasan pancasila 1 Juni nya bung Karno dimananya.
“Ahistoris. Perdebatan, kritik dan masukan sah-sah saja. Tapi harus nyambung, jangan asal tuduh dan mengaburkan sejarah,” tukasnya.
Bung Karno sendiri, kata Klutuk, pernah mengatakan “Dalam cita-cita politikku, aku ini nasionalis. Dalam cita-cita sosialku, aku ini sosialis. Dalam cita sukmaku, aku ini theis, sama sekali theis, sama sekali percaya dan mengabdi pada Tuhan yang Maha Esa.”
Karena itu, lanjutnya, saat mengenalkan Pancasila kepada dunia, Presiden Soekarno saat berpidato di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutip surat Al Hujarat ayat 13 yang berbunyi:
“Wahai manusia sesungguhnya aku menjadikan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, agar kamu hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dan kamu sekalian dapat mengenal satu sama lain, tapi ketahuilah yang mulia di antara kamu sekalian ialah yang bertaqwa kepada-Ku.”
“Jadi bagaimana mungkin pemikiran Bung Karno bisa dikatakan Sekuleristik apalagi Ateistik. Sangat disayangkan cara berpikirnya,” tuntas Wanto Sugito, Ketua FPC PDIP Tangsel, aktivis Repdem.
TAGS : Bung Karno RUU HIP Agus Harimurti Yudhoyono
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin