Malala Yousafzai
Jakarta – Meski umur antara Malala Yousafzai dan Aung San Suu Kyi terpaut jauh, keduanya punya persamaan. Ya, dua-duanya merupakan perempuan yang pernah memperoleh nobel perdamaian dari Persatuan Bangsa-Bangsa.
Malala –begitu nama panggilannya- mendapatkan nobel pada 2014 lalu, atas perjuangannya melawan penindasan terhadap anak-anak serta pendidikan bagi kaum proletar. Sementara seniornya, sang pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi memperoleh nobel yang sama pada 1991 silam, karena berhasil memperjuangkan demokrasi tanpa kekerasan.
Dengan kesamaan inilah, Malala pada Senin (4/9) melalui akun Twitternya meminta Aung San Suu Kyi menghentikan tragedi kemanusiaan terhadap etnis Muslim Rohingya di Myanmar. Kekerasan yang dilancarkan oleh militer Myanmar itu, menurut Malala, mengancam keselamatan anak-anak tak berdosa.
“Anak-anak itu tidak menyerang siapapun, tapi rumah mereka dibakar sampai habis,” kata Malala lewat akun @Malala.
“Selama beberapa tahun terakhir, saya sudah berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini. Saya masih menunggu rekan ssaya sesama peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama. Dunia sedang menunggu, dan Muslim Rohingya juga menunggu,” tambahnya.
Malala juga meminta negaranya, Pakistan, untuk melakukan hal yang sama seperti Bangladesh, dalam memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya.
“Negara-negara lainnya, termasuk negaraku Pakistan, harus mengikuti jejak Banglades dalam memberikan makanan, tempat penampungan, dan akses pendidikan bagi keluarga Rohingya, untuk menghindarkan mereka dari kekerasan dan teror,” ujarnya.
TAGS : Rohingya Myanmar Malala Aung San Suu Kyi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/21227/Malala-Minta-Aung-San-Suu-Kyi-Hentikan-Kekerasan-di-Myanmar/