JawaPos.com – Bayang-bayang resesi semakin jelas pada prospek ekonomi Indonesia. Indikasinya, pemerintah kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memerinci, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi menjadi -1,7 persen sampai -0,6 persen. Lebih buruk daripada proyeksi sebelumnya sebesar -1,1 persen sampai 0,2 persen. ”Kementerian Keuangan merevisi forecast untuk September, sebelumnya untuk tahun ini -1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Forecast terbaru September untuk (pertumbuhan ekonomi) 2020 di -1,7 persen hingga -0,6 persen,” ujarnya.
Ani –sapaan Sri Mulyani– melanjutkan, pada 2021 pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 4,5 persen sampai 5,5 persen. Target itu lebih rendah daripada proyeksi lembaga internasional yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa menyentuh 6 persen.
Sementara itu, untuk kuartal III, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan berada di kisaran -2,9 persen hingga -1,1 persen. Angka tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi awal yang mencapai -2,1 persen hingga 0 persen.
Dengan kondisi itu, pertumbuhan ekonomi juga bakal negatif pada kuartal III dan IV. ”Ini artinya negatif teritori mungkin terjadi pada kuartal III dan masih akan berlangsung pada kuartal IV, yang kita upayakan untuk bisa dekati 0 atau positif,” paparnya.
Dari sisi konsumsi pemerintah, pada kuartal III diperkirakan mengalami pertumbuhan positif yang sangat tinggi. Yaitu, 9,8 persen hingga 17 persen karena ada akselerasi belanja. ”Untuk keseluruhan tahun, kita ada antara di positif 0,6 persen hingga 4,8 persen untuk konsumsi pemerintah. Jadi, pemerintah sudah melakukan secara all-out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya untuk countercyclical,” katanya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menekankan, berbagai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan bergantung pada perkembangan pandemi Covid-19.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menganalisis, langkah revisi proyeksi pertumbuhan dilakukan untuk dua tujuan. Pertama, mempersiapkan masyarakat dan dunia usaha. ”Sehingga pemerintah yang biasanya optimistis sekarang jadi lebih realistis melihat situasi ekonomi. Terlebih, ada PSBB yang diperketat. Supaya masyarakat dan pelaku usaha bersiap menghadapi hal yang terburuk,” ujarnya.
Kedua, revisi itu adalah bagian dari sinyal yang diberikan pemerintah kepada pasar modal. Sebab, cara serupa pernah digunakan pada kuartal II lalu. ”Sebelumnya, direvisi dua sampai tiga kali, lalu (pasar) nggak kaget. IHSG justru naik jadi 5.100 kala itu,” kata Bhima.
Menurut dia, satu-satunya cara yang bisa dilakukan agar resesi tidak terlalu dalam adalah menggenjot belanja pemerintah. Dia berharap dengan segala kerumitan dan hambatan birokrasi yang ada, pemerintah bisa all-out dalam menggenjot belanja. Terutama serapan program penanganan ekonomi nasional (PEN) agar bisa terealisasi 100 persen hingga akhir tahun ini.
Tes Covid untuk Pendatang di Surabaya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menerbitkan surat edaran (SE) untuk meredam persebaran Covid-19. Salah satu isinya mewajibkan pendatang untuk menunjukkan hasil tes negatif Covid-19. SE tersebut kini disosialisasikan para camat dan lurah ke jajaran RT dan RW.
Di Kelurahan Pucang Sewu, Gubeng, misalnya. Unsur tiga pilar berkeliling dari satu permukiman ke permukiman lain untuk menyosialisasikan SE itu. Salah satu poin yang mereka sampaikan adalah soal pemantauan pendatang yang masuk ke Surabaya. Pendatang yang menginap lebih dari tiga hari wajib menunjukkan surat rapid atau swab test dengan hasil negatif atau nonreaktif. ’’Jadi, sesuai edaran ini harus dilaporkan ke perangkat warga,’’ ujar Lurah Pucang Sewu Kenny Pieter Tupamahu. Kemarin (22/9) perangkat warga di RW 5 dikumpulkan untuk diberi penjelasan soal itu.
’’Ada tiga poin penting dalam imbauan ini. Pertama, jika ingin tinggal lebih dari tiga hari di Surabaya harus menunjukkan hasil tes dulu. Jika tidak punya, perangkat kelurahan bisa mengarahkannya ke laboratorium kesehatan daerah (labkesda) di Jalan Gayungsari yang buka 24 jam,’’ jelasnya.
Poin kedua, warga ber-KTP Surabaya yang telah melakukan perjalanan dari luar kota juga wajib menunjukkan hasil tes. Pemeriksaan bisa dilakukan di puskesmas setempat atau labkesda. Jika ada tamu atau pendatang yang hasil tesnya positif atau reaktif, mereka akan dirawat. Biaya perawatan untuk warga ber-KTP Surabaya akan ditanggung pemkot.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : dee/byu/gal/c7/c19/fal/oni
Credit: Source link