Pengunsi Rohingya (Foto: AP)
Jakarta – Perdana Menteri Inggris mengumumkan mengakhiri pelatihan militer Myanmar di tengah meningkatnya pengungsi Muslim Rohingya/” style=”text-decoration:none;color:red;”>Rohingya. Sejak kekerasan berkobar 25 Agustus lalu, sekitar 420.000 etnis Rohingya/” style=”text-decoration:none;color:red;”>Rohingya meninggalkan kampung halamannya.
Kepada Sky News di Majelis Umum PBB di New York pada Selasa, Theresa May mengaku sangat prihatin atas krisis yang melanda Rohingya/” style=”text-decoration:none;color:red;”>Rohingya di Myanmar,yang juga dikenal sebagai Burma.
“Tindakan militer terhadap mereka harus dihentikan. Kami melihat terlalu banyak orang rentan yang harus melarikan diri untuk hidup mereka. Aung San Suu Kyi dan pemerintah Burma perlu memperjelas bahwa tindakan militer harus dihentikan,” jelasnya
Setelah mendapat tekanan dari anggota parlemen dan rekan-rekannya, Perdana Menteri membenarkan, Pemerintah akan menghentikan semua keterlibatan dan pelatihan pertahanan militer Birma oleh Kementerian Pertahanan hingga masalah ini diselesaikan.
Jawaban atas pertanyaan parlementer tertulis mengungkapkanm, Kementerian Pertahanan (Depdik) menghabiskan lebih dari £ 650.000 untuk program pelatihan pendidikan untuk angkatan bersenjata Myanmar sejak 2014.
Pemerintah Inggris tidak memberikan pelatihan tempur, namun programnya berfokus pada etika dan tata kelola serta hak asasi manusia, demokrasi dan peraturan hukum.
Kementerian Pertahanan mengatakan perubahan berarti akan memakan waktu karena kursus tersebut bertujuan untuk mengekspos militer Myanmar kepada bagaimana militer modern beroperasi dalam demokrasi.
Ketika ditanya apakah tindakan Inggris dikoordinasi dengan sekutu internasional, May mengungkapkan, telah mendiskusikan krisis tersebut dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam lawatannya ke Ottawa pada Senin.
TAGS : Rohingya Inggris Bangladesh Rohingya PBB
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/22053/Krisis-Rohingya-Inggris-Akhiri-Pelatihan-Militer-Myanmar/