JawaPos.com – Sebagian orang memiliki standar dan batasan saat memilih pasangan. Bahkan ada yang boleh dibilang terlalu selektif dan pilih-pilih pasangan. Namun standar Sayangnya, kerap kali standar dan impian tak sesuai dengan kenyataan.
Psikolog dan penulis Marriage and the Law of Attraction, Paulette Sherman, menilai, harapan adalah tentang bagaimana berharap orang lain akan merespons. Standa dalam memilih seseorang, kata dia, hanya bisa diketahui oleh individu tersebut sesuai keinginannya.
’’Ada standar lebih banyak dalam memilih pasangan. Tergantung dengan siapa Anda ingin menjalani hidup,’’ jekasnya seperti dilansir dari Mind Body Green, Rabu (2/12). ’’Misalnya, Anda memiliki standar kejujuran dalam suatu hubungan atau standar komunikasi yang saling menghormati. Maka seseorang pasti mengutamakan kejujuran, kesetiaan, dan selalu menepati janji,’’ jelasnya.
Menurutnya, menetapkan standar itu sehat. Penting untuk memiliki standar. ’’Begitu Anda memilih seseorang, Anda seharusnya sudah menentukan apakah mereka cocok dengan standar. Sebaiknya perhatikan dengan cermat dan tentukan standar apakah Anda sesuai juga dengan standarnya,’’ katanya.
Menurut Sherman, standar yang tinggi terkadang tidak bisa selalu memenuhi ekspektasi. Maka seseorang tetap harus berpikir realistis. ’’Ekspektasi bahwa seorang pasangan dapat membaca pikiran Anda dan cocok satu sama lain, tentu tak semuanya bisa sesuai kenyataan dan harapa,’’ jelasnya.
Seperti yang dicatat Sherman, hampir setiap pasangan harus belajar mengelola ekspektasi dan impian. ’’Sebab masing-masing orang tumbuh secara berbeda. Maka terimalah segala perbedaan’’ tegasnya.
Sementara itu, pakar hubungan Valerie Kolick, menilai rasa kecewa bisa saja muncul ketika seseorang tak menemukan pasangan sesuai harapannya. ’’Harapan tidak selalu sesuai kecocokan. Justru di balik harapan, bisa memicu kekecewaan dan kebencian,’’ ungkapnya.
Kesimpulannya, jika masih ragu dengan si dia, komunikasi lebih intens dan dalam saat berkencan akan lebih banyak menentukan apakah dia sesuai standar atau bisa dikompromikan. Sehingga pasangan dapat mengetahui apakah dapat menemukan kecocokan satu sama lain dengan cara yang sehat. (*)
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link