TABANAN, BALIPOST.com – Memantapkan kembali visi dan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Yayasan Dharma Naradha (YDN) melalui gerakan satu juta Krama Bali dan gerakan satu juta yowana Bali, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali serta Kelompok Media Bali Post (KMB) menggelar sosialisasi di Tabanan, Minggu (20/12). Para peserta diberikan pengenalan tentang pertanian biodinamik di Pasraman Lumajang Desa Samsam, Kerambitan.
Dipilihnya lingkungan sebagai topik sosialisasi, selain sebagai salah satu bagian dari program Nangun Sat Kerthi Loka Bali, juga dianggap yang paling tepat dan pas untuk bisa segera digetoktularkan oleh para peserta ke desa-desa. Para peserta sosialisasi ini merupakan perwakilan dari Yowana dan Krama Bali di sepuluh kecamatan di Kabupaten Tabanan.
Hadir sebagai pemateri (narasumber) di Tabanan, Komunitas Pegiat Biodinamik Bali yakni dr. Ida Bagus Kesnawa dan praktisi Biodinamik Oktavius Tjiantoro dan akademisi, aeperti Ir. I Dewa Gede Raka Sarjana dan Dr. Drs. I Wayan Suanda. Terkait pertanian Biodinamik, Dr. Ida Bagus kesnawa menyampaikan Biodinamik adalah solusi bertani sehat saat ini dan masa depan.
Karena saat ini, rendahnya status gizi masyarakat disebabkan mutu pangan yang dikonsumsi dan kualitas produk pertanian. Di Bali saat ini, bertani ala biodinamik belum dikenal. Padahal, bertani biodinamik sebenarnya memberi solusi mitigasi terhadap dampak pangan kimia sintetik pada pertanian, praktek bertani sehat dan selaras dengan alam.
Pertanian biodinamik diawali membuat tanah sehat, aktif mendukung tanaman dan hewan termasuk mikrobial jadi sehat. Bermuara pada manusia sehat sejahtera. Tanah gembur, subur dan kaya bahan organik berkat kompos fermentasi mikrobial akan berimbang.
“Pertanian biodinamik ibaratnya pertanian organik yang plus. Plusnya terdapat keselarasan tidak hanya pada alam dimana tanah, ternak, manusia itu juga memperhatikan energi semesta (cosmic). Karena semua itu menentukan apakah selaras tidak alam dengan semesta. Jika keselarasan itu terjadi maka akan membuat pertanian itu lebih sehat dan bagus,” paparnya.
Jadi tidak ada intervensi terlalu besar terhadap tanah atau kebun, sistemnya lebih tertutup. Yang ada di sana sebagai sebuah keterkaitan diambil dari bahan yang ada. “Misal kotoran dan kencing ternak dipakai, diberi pakan dari rumput disana sehingga tidak ada unsur luar yang mempengaruhi apalagi bahan kimia,” terangnya. (Puspawati/balipost)
Credit: Source link