JawaPos.com – Sejumlah ahli di Hong Kong mendesak pihak produsen vaksin di Tiongkok, yakni Sinovac, agar transparan soal data klinis terbaru tentang efikasi vaksin. Hal itu menyusul beberapa kasus efek samping yang dialami sejumlah penerima vaksin Sinovac.
Dilansir dari The Standard, Minggu (21/3), seorang penasihat ahli pemerintah untuk inokulasi virus korona, Wallace Lau, mengatakan dia mengharapkan Sinovac untuk menyerahkan data klinis terbaru tentang kemanjuran dan efek samping vaksinnya kepada pemerintah segera.
Wallace Lau saat berbicara di sebuah program televisi mengatakan, produsen vaksin memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi klinis terbaru tentang produk mereka kepada pihak berwenang.
Pakar tersebut menuturjan, meski tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu vaksin virus Korona yang saat ini digunakan baik Sinovac atau BioNtech-Pfizer, penting bagi pemerintah untuk memberi tahu masyarakat tentang data tersebut untuk meningkatkan kepercayaan publik.
Meski begitu, kabarnya penasihat ilmiah pemerintah sejauh ini menolak segala efek samping yang terjadi dan tidak mengaitkannya dengan vaksin.
Pakar kesehatan Hong Kong mengatakan sejumlah kasus usai menerima vaksin Sinovac tidak terkait langsung dengan vaksin Covid-19 yang mereka terima. Rata-rata semuanya menderita penyakit jantung koroner yang parah, infark miokard, dan edema paru.
Baca Juga: Marzuki Alie Laporkan AHY ke Bareskrim
Pakar medis dari Komite Ahli Penilaian Peristiwa Klinis Hong Kong membuat pernyataan bahwa semua kasus memerlukan analisis lebih lanjut.
Departemen Kesehatan Daerah Administratif Khusus Hong Kong mengeluarkan pedoman sementara untuk operator perawatan kesehatan primer tentang vaksin Sinovac, menekankan bahwa orang dengan infark miokard akut dan stroke baru-baru ini harus menunda vaksinasi tiga hingga enam bulan sampai kondisi mereka stabil. Jika pasien hanya mengalami hiperlipidemia, harus dievaluasi sesuai dengan situasi klinis.
Diketahui, Sebanyak 91.800 dosis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac dan 1.200 dosis yang dikembangkan oleh BioNTech telah diberikan di Hong Kong pada 7 Maret, dan 64 persen dari populasi yang divaksinasi adalah orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas.
Dalam laman Global Times, Sekretaris Makanan dan Kesehatan Hong Kong Sophia Chan Siu-chee mengatakan bahwa vaksinasi adalah masalah kepercayaan. Dia berharap lebih banyak orang akan terlindungi setelah divaksinasi.
“Seperti yang kita lihat beberapa wabah bisa diatasi dengan divaksinasi sehingga masyarakat dapat kembali ke kehidupan normal secepat mungkin,” tegasnya.
Editor : Dimas Ryandi
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link